Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Langganan AI: Solusi Produktivitas atau Beban Baru Dompet Digital?

4 Oktober 2025   06:30 Diperbarui: 3 Oktober 2025   17:05 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi paket langganan ChatGPT Go. Foto: Shutterstock 

Fenomena ini mirip dengan awal kemunculan layanan streaming musik dan film di Indonesia. Pada awalnya, harga dianggap mahal sehingga masyarakat lebih memilih menggunakan situs ilegal. Baru setelah harga semakin terjangkau dan metode pembayaran makin mudah, adopsi meluas. AI tampaknya akan mengikuti pola yang sama: harga harus realistis agar bisa menjangkau pasar luas.

Kesenjangan Digital dan Aksesibilitas

Pertanyaan penting lainnya adalah soal kesenjangan digital. Jika hanya mereka yang mampu membayar mahal yang bisa mengakses AI tercanggih, bukankah ini akan memperlebar jurang sosial?

Bayangkan dua mahasiswa dengan kemampuan intelektual sama. Yang satu mampu berlangganan AI premium, sementara yang lain hanya mengandalkan versi gratis. Dalam jangka panjang, akses terhadap informasi, literatur, dan kemampuan berpikir analitis akan berbeda. Fenomena ini berpotensi menimbulkan "kelas baru" dalam masyarakat digital: kelas premium yang didukung AI, dan kelas gratisan yang tertinggal.

Kesenjangan ini juga menyentuh dunia usaha. UMKM dengan modal terbatas mungkin kesulitan membayar AI berbayar, sementara perusahaan besar bisa mengoptimalkan AI untuk menekan biaya operasional. Jika tidak ada kebijakan inklusif dari pemerintah, AI bisa menjadi katalis ketidakadilan baru di era digital.

Pemerintah, Regulasi, dan Edukasi Publik

Pemerintah Indonesia sejauh ini masih fokus pada aspek regulasi AI, terutama terkait keamanan data, etika, dan perlindungan konsumen. Namun, ada ruang yang lebih luas yang perlu dijawab: bagaimana menjamin akses inklusif terhadap teknologi ini?

Beberapa opsi yang bisa dipertimbangkan:

  • Subsidi akses AI untuk pendidikan -- misalnya universitas dan sekolah mendapat akses AI premium secara gratis atau harga murah.

  • Kolaborasi dengan startup lokal -- mendorong lahirnya platform AI lokal dengan harga kompetitif.

  • Literasi digital nasional -- mengajarkan masyarakat cara menggunakan AI secara bijak, agar tidak hanya bergantung penuh pada mesin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun