Claude (Anthropic) -- versi premium bisa mencapai Rp 1,5 juta hingga Rp 3,8 juta per bulan, tergantung kuota pemakaian dan API.
Aplikasi AI lokal dan pihak ketiga -- beberapa hanya mengenakan biaya mulai dari Rp 37 ribu per bulan, meski fiturnya terbatas.
Kisaran harga ini memperlihatkan jurang yang cukup lebar antara pengguna kasual dan profesional. Bagi pelajar atau pekerja dengan gaji standar, membayar Rp 300 ribu per bulan mungkin setara dengan biaya kuota internet sebulan. Sebaliknya, bagi perusahaan atau agensi kreatif, Rp 3 juta per bulan bisa dianggap sebagai investasi, bukan beban.
Produktivitas: Benarkah Semakin Efisien?
Pihak penyedia AI selalu menekankan narasi produktivitas. AI disebut mampu memangkas waktu kerja hingga 50 persen, membantu brainstorming ide, mempercepat penulisan, hingga melakukan analisis data dalam hitungan detik.
Contoh konkret terlihat pada industri periklanan. Sebuah agensi kreatif mengakui bahwa AI mampu membantu mereka menghasilkan 10 konsep iklan dalam satu malam---pekerjaan yang biasanya memakan waktu seminggu. Di dunia pendidikan, beberapa dosen juga mulai menggunakan AI untuk membuat bahan ajar, sedangkan mahasiswa terbantu menyusun literatur dan memahami materi kuliah.
Namun, produktivitas tidak selalu linier dengan kualitas. Beberapa karya yang dibuat dengan bantuan AI sering kali terjebak pada gaya bahasa generik, minim orisinalitas, dan kadang justru membutuhkan revisi ulang yang memakan waktu. Bahkan, tidak jarang pengguna awam justru menghabiskan waktu lebih lama "mengoreksi" hasil AI dibanding mengerjakan secara manual.
Hal ini menimbulkan dilema: apakah benar AI mempercepat pekerjaan, atau justru menciptakan ketergantungan baru yang membuat manusia malas berpikir?
Beban Baru Dompet Digital
Masalah biaya menjadi isu sentral. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia terutama yang berada pada kategori kelas menengah ke bawah, biaya langganan AI bukanlah pengeluaran kecil.
Jika dihitung, Rp 299 ribu per bulan berarti Rp 3,6 juta per tahun. Bandingkan dengan upah minimum di beberapa daerah yang masih di bawah Rp 3 juta per bulan. Tidak heran jika sebagian besar pengguna lebih memilih "jalan pintas": memanfaatkan versi gratis dengan segala keterbatasan, atau bahkan mencari "jalur alternatif" melalui akun bajakan dan akses ilegal.