Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

World Smile Day 2025: Senyum Kecil, Dampak Besar bagi Dunia

3 Oktober 2025   06:30 Diperbarui: 2 Oktober 2025   13:53 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Senyum adalah investasi sosial jangka panjang (Foto:freepik.com)

Setiap Jumat pertama di bulan Oktober, dunia memperingati World Smile Day atau Hari Senyum Sedunia. Tahun ini, peringatan itu jatuh pada Jumat, 3 Oktober 2025. Sejak dicanangkan pada 1999 oleh Harvey Ball, pencipta ikon senyum smiley face yang melegenda, momentum ini mengajak masyarakat global untuk menebarkan senyum sebagai wujud kebaikan sederhana yang mampu mengubah suasana hati, bahkan arah kehidupan seseorang.

Senyum adalah bahasa universal yang tidak membutuhkan penerjemah. Ia menembus sekat budaya, agama, dan bahasa. Sebuah senyum tulus dapat mencairkan ketegangan, membangun kepercayaan, dan menyalakan optimisme. Dalam dunia yang kian dirundung konflik, krisis iklim, hingga tantangan sosial-ekonomi, ajakan untuk tersenyum seolah menjadi pengingat bahwa manusia masih memiliki ruang empati yang tak ternilai.

Senyum dalam Perspektif Psikologi dan Kesehatan

Ilmu pengetahuan modern membuktikan bahwa tersenyum bukan sekadar ekspresi wajah, melainkan terapi emosional dan fisiologis. Riset psikologi menyebutkan, ketika seseorang tersenyum, otak memicu pelepasan hormon endorfin, dopamin, dan serotonin yang menurunkan stres serta meningkatkan perasaan bahagia. Senyum juga memperkuat imunitas tubuh, menjaga kesehatan jantung, dan berpotensi memperpanjang harapan hidup .

Ilustrasi: Senyum memperkuat solidaritas (Foto: freepik.com)
Ilustrasi: Senyum memperkuat solidaritas (Foto: freepik.com)

Tidak mengherankan jika sejumlah praktisi kesehatan mental menyarankan latihan sederhana: tersenyum di depan cermin setiap pagi sebelum memulai aktivitas. Tindakan kecil itu bisa memperbaiki suasana hati sekaligus membangun energi positif yang menular ke orang lain.

Senyum dalam Ruang Sosial dan Budaya

Di Indonesia, senyum adalah bagian dari identitas kultural. Frasa “ramah tamah” sering disandingkan dengan ciri khas bangsa yang murah senyum. Dari Sabang sampai Merauke, senyum hadir dalam sapaan sehari-hari, di pasar tradisional, pertemuan keluarga, hingga pelayanan publik. Bahkan, dalam diplomasi internasional, senyum menjadi bagian dari soft power yang memperkuat citra Indonesia sebagai bangsa yang terbuka dan bersahabat.

Namun, di balik itu, kita juga perlu jujur: semakin modern kehidupan, semakin jarang kita melihat senyum tulus. Tekanan ekonomi, kesenjangan sosial, hingga arus informasi digital yang penuh ujaran kebencian, membuat ekspresi wajah banyak orang kian kaku. World Smile Day seharusnya menjadi ruang refleksi: sudahkah kita tersenyum dengan tulus pada tetangga, rekan kerja, atau bahkan pada diri sendiri?

Senyum di Era Digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun