Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Gombloh: Suara Rakyat yang Menjadi Lagu Abadi Bangsa

19 Agustus 2025   08:35 Diperbarui: 18 Agustus 2025   21:50 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Endah Laras, Cakra Khan, Rossa saat menyanyikan lagu Merah Putih di Istana Merdeka, Migngu (17/8/2025)(YouTube Sekretariat Presiden) via www.kompas.com

Ada sesuatu yang berbeda di Istana Merdeka pada peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia tahun ini. Ketika pasukan pengibar bendera telah menunaikan tugasnya, dan Sang Saka Merah Putih berkibar gagah di langit Jakarta, suara yang menggema bukan sekadar lagu wajib nasional, tetapi juga karya seorang seniman legendaris: Gombloh. Karyanya yang berjudul “Kebyar-Kebyar” kembali berkumandang, menyulut rasa kebangsaan yang membuncah di dada setiap orang yang hadir.

Gombloh, atau Soedjarwoto Soemarsono, mungkin telah tiada secara ragawi sejak 1988. Namun, ia sejatinya tidak pernah mati. Karyanya abadi, bahkan melintasi generasi, melampaui ruang, waktu, dan perubahan selera musik. Lagu-lagu ciptaannya terus hidup di hati rakyat Indonesia, seakan menjadi "lagu kebangsaan kedua" yang mempersatukan bangsa di setiap momentum bersejarah.

Seniman Jalanan yang Menjadi Ikon Nasional

Gombloh bukanlah musisi yang dibesarkan oleh industri hiburan glamor. Ia berangkat dari jalanan, dari ruang-ruang sederhana tempat rakyat jelata berkumpul. Ia merekam suara rakyat, jerit kehidupan, hingga semangat kebangsaan, lalu mengolahnya menjadi karya musik yang penuh energi.

Kebyar-Kebyar” adalah salah satu contoh paling nyata. Bukan hanya sekadar lagu pop, tetapi sebuah himne perjuangan yang sarat makna simbolik. Liriknya singkat, sederhana, tetapi mengandung energi patriotik yang dahsyat. Tak heran bila lagu ini kemudian diputar dalam upacara-upacara resmi kenegaraan, termasuk HUT RI di Istana Merdeka.

Gombloh membuktikan bahwa musik bukan sekadar hiburan. Musik adalah bahasa universal yang mampu menyatukan perbedaan, menggerakkan massa, bahkan membangun rasa cinta tanah air. Ia adalah bukti nyata bahwa seorang seniman bisa berperan sebagai pejuang, meski bukan dengan senjata, melainkan dengan nada dan kata.

Karya yang Tak Lekang oleh Zaman

Lebih dari tiga dekade sejak kepergiannya, lagu-lagu Gombloh tetap relevan. Bukan hanya “Kebyar-Kebyar”, tetapi juga “Untukmu Negeri”, "Merah Putih", “Berita Cuaca”, hingga “Lepen”, masih akrab di telinga masyarakat. Lagu-lagunya melintasi generasi: dinyanyikan oleh anak-anak sekolah, diputar di televisi, hingga diaransemen ulang oleh musisi kontemporer.

Endah Laras, Cakra Khan, Rossa saat menyanyikan lagu Merah Putih di Istana Merdeka, Migngu (17/8/2025)(YouTube Sekretariat Presiden) via www.kompas.com
Endah Laras, Cakra Khan, Rossa saat menyanyikan lagu Merah Putih di Istana Merdeka, Migngu (17/8/2025)(YouTube Sekretariat Presiden) via www.kompas.com

Di tengah era digital yang sarat musik instan, karya Gombloh tetap menemukan tempatnya. Lagu-lagunya tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik, mengingatkan rakyat Indonesia tentang jati diri kebangsaan. Itulah yang membedakan Gombloh dari musisi-musisi kebanyakan: karyanya tidak pernah usang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun