perlu digelar secara berkala agar benteng ini hidup dan berdenyut bersama masyarakatnya.
Dengan pendekatan ini, Fort Rotterdam tak sekadar dikenang sebagai sisa-sisa masa lalu, tetapi menjadi tempat merayakan identitas, membangun karakter bangsa, dan mengajarkan nilai-nilai keberanian serta kedaulatan kepada generasi muda.
Fort Rotterdam Adalah Indonesia Kecil
Sebagaimana Borobudur di Jawa Tengah atau Tana Toraja di pegunungan Sulawesi, Fort Rotterdam adalah simpul penting peradaban Indonesia. Di tempat ini, kita bisa belajar bagaimana diplomasi, perang, perdagangan, dan budaya saling bertaut dalam sejarah panjang bangsa ini.
Fort Rotterdam adalah metafora dari Indonesia: dibangun oleh rakyat lokal, direbut oleh asing, lalu direbut kembali melalui ingatan kolektif dan semangat merdeka.
Kita tak boleh membiarkan benteng ini sunyi, terkikis zaman, atau sekadar jadi latar swafoto. Ia harus menjadi ruang hidup—yang bercerita, menginspirasi, dan membangun kesadaran historis kita sebagai bangsa bahari yang besar.
Menjaga Benteng, Menjaga Ingatan Bangsa
Fort Rotterdam bukan sekadar saksi kolonialisme. Ia adalah jejak keberanian, keteguhan maritim, dan keagungan budaya lokal yang layak menjadi warisan dunia. Pemerintah pusat dan daerah, akademisi, pelaku pariwisata, serta komunitas masyarakat adat harus bersinergi dalam menjaga, merawat, dan menghidupkan kembali Fort Rotterdam sebagai simbol kebangkitan sejarah Nusantara.
Melupakan benteng ini sama dengan melupakan sebagian jati diri kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI