Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Makassar Pilihan

Fort Rotterdam Makassar: Benteng Maritim Nusantara yang Membungkam Kolonialisme dan Menyatukan Peradaban

31 Juli 2025   09:00 Diperbarui: 30 Juli 2025   09:21 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benteng Fort Rotterdam, Tempat pengasingan Pangeran Diponegoro di Makassar.(Shutterstock/Worldpics) via Kompas.com

Benteng sebagai Situs Memori Maritim Nusantara

Di balik dinding batu tebal dan lorong-lorong sunyi, Fort Rotterdam menyimpan narasi penting peradaban maritim yang nyaris hilang dari arus utama sejarah Indonesia. Makassar bukan kota biasa. Ia adalah kota pelaut, kota dagang, kota persilangan budaya. Fort Rotterdam menjadi simbol dari kota yang pernah menjadi poros dunia maritim Asia Tenggara.

Sayangnya, pemaknaan terhadap benteng ini masih sangat kolonial-sentris. Banyak pemandu wisata, narasi sejarah, hingga penataan ruang di kompleks benteng lebih menonjolkan “jejak VOC” daripada warisan Gowa atau dinamika perlawanan lokal. Narasi seperti ini justru akan menjauhkan publik dari nilai-nilai kebudayaan lokal yang seharusnya menjadi fondasi identitas.

Sudah saatnya reframing narasi sejarah dilakukan. Pemerintah daerah, sejarawan lokal, dan masyarakat perlu menghidupkan kembali kisah-kisah asli rakyat Makassar, pelaut Bugis, penulis lontara, ulama lokal, dan pejuang tak bernama yang turut membangun benteng ini dengan darah dan harga diri.

Revitalisasi Fort Rotterdam: Antara Wisata Sejarah dan Pendidikan Budaya

Kini, Fort Rotterdam menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Sulawesi Selatan. Dengan fasilitas seperti Museum La Galigo, pengunjung dapat menelusuri artefak kebudayaan Bugis-Makassar, manuskrip kuno, hingga pakaian adat dan peralatan rumah tangga tradisional.

Namun, sekadar menjadi lokasi foto dan turis tak cukup. Fort Rotterdam harus naik kelas menjadi pusat kebudayaan dan pendidikan sejarah yang aktif. Berbagai program seperti:

  • Festival sejarah lokal,

  • Ekspedisi pelaut muda Nusantara,

  • Workshop penulisan lontara,

  • Kurikulum sejarah lokal untuk siswa Sulawesi Selatan,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun