Kombinasi antara baper dan geer bisa menjadi ledakan emosional yang fatal. Yang satu berharap lebih, yang lain merasa diinginkan lebih, lalu ketika realitas tak sejalan, kekecewaan tak terelakkan.
Kiat Bijak Menjalani PDKT agar Tidak Terjebak Perasaan Sendiri
Lalu bagaimana agar kita tidak mudah baper dan geer saat menjalani proses PDKT?
Pertama, jaga objektivitas.
Evaluasi sikap lawan bicara dengan jernih. Apakah dia hanya sopan, atau memang memberikan perhatian khusus? Apakah ia bersikap sama pada orang lain juga? Membangun persepsi yang seimbang adalah kunci.
Kedua, komunikasikan intensi.
Jika rasa mulai tumbuh dan relasi terasa intens, jangan takut untuk menanyakan arah. Komunikasi bukan soal menagih status, tapi menjernihkan kabut.
Ketiga, latih kontrol diri dan kesadaran emosi.
Sadari bahwa tidak semua perhatian bermakna cinta. Tidak semua candaan berarti kode. Dengan menguasai emosi, kita belajar mencintai diri sendiri sebelum berharap dicintai orang lain.
Keempat, jangan terlalu cepat membagikan perasaan pada publik.
Mengunggah kedekatan di media sosial saat hubungan belum jelas justru bisa jadi bumerang. Validasi eksternal akan memperkuat ekspektasi, dan ketika kenyataan tak sesuai, rasa malu bisa lebih menyakitkan dari penolakan.
Mendewasakan Cinta, Menyembuhkan Harapan
PDKT adalah ruang latihan untuk mengenal, bukan menjebak. Ia harus menjadi ajang pembelajaran emosional, bukan perang sinyal. Dalam masyarakat yang makin sadar mental health, penting bagi generasi muda untuk diajari bahwa cinta itu bukan sekadar perasaan, tapi juga tanggung jawab.
Jangan buru-buru menyebut seseorang "player" hanya karena dia tidak membalas rasa. Jangan cepat merasa korban jika ternyata perhatian yang kita terima tak sesuai ekspektasi kita. Di balik setiap sinyal, selalu ada interpretasi. Maka belajarlah membaca, bukan mengada-ada.
Di tengah dunia yang serba cepat, mencintai dengan perlahan adalah keberanian. Tidak baper bukan berarti tidak punya hati. Tidak geer bukan berarti rendah diri. Melainkan, tanda bahwa kita telah belajar memilah antara rasa dan realita.