Kanal digital bisa kehilangan audiens jika tidak diperbarui secara konsisten.
Passive income bukan autopilot. Ia seperti kebun yang tetap harus disiram dan dijaga dari hama.
Godaan Terbesar: Gaya Hidup yang Naik Lebih Cepat dari Pendapatan
Begitu merasakan hasil dari passive income, banyak orang justru terjebak pada gaya hidup konsumtif. Alih-alih memperkuat aset, mereka menghabiskan untuk hal-hal yang tak memperkaya jangka panjang.
Inilah mengapa penting untuk menetapkan tujuan: passive income bukan untuk foya-foya, melainkan untuk menciptakan ketenangan hidup. Dana darurat, reinvestasi, dan diversifikasi seharusnya jadi prioritas, bukan belanja impulsif.
Peran Negara dan Literasi Finansial
Pemerintah dan regulator seperti OJK dan Kemenkeu sudah membuka jalan melalui edukasi dan produk investasi yang mudah diakses—seperti SBN Ritel, reksa dana online, dan kampanye literasi digital. Tapi semua akan percuma jika masyarakat tidak mau belajar.
Literasi keuangan bukan lagi pilihan, tapi keharusan. Bonus demografi hanya akan jadi kutukan bila generasi muda hanya bisa konsumsi tanpa tahu cara menciptakan pendapatan pasif.
Saatnya Berpikir Jangka Panjang
Bayangkan jika setiap orang muda Indonesia punya satu aset produktif yang menghasilkan pendapatan pasif. Maka, saat menghadapi kondisi sulit seperti pandemi atau PHK, mereka tidak sepenuhnya jatuh. Mereka punya bantalan. Mereka punya waktu untuk berpikir, bukan hanya panik.
Inilah yang disebut kebebasan finansial sejati—bukan berarti tak pernah bekerja, tapi bisa memilih untuk bekerja atau tidak. Bukan berarti kaya raya, tapi cukup dan tenang.