Mohon tunggu...
Benny Eko Supriyanto
Benny Eko Supriyanto Mohon Tunggu... Aparatur Sipil Negara (ASN)

Hobby: Menulis, Traveller, Data Analitics, Perencana Keuangan, Konsultasi Tentang Keuangan Negara, dan Quality Time With Family

Selanjutnya

Tutup

Seni

Antara Kritik dan Batasan: Memahami Lagu Band Sukatani secara Bijak

23 Februari 2025   10:35 Diperbarui: 23 Februari 2025   10:29 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Band punk asal Purbalingga, Sukatani. Foto: isntagram/@sukatani.band (kumparan.com)

Musik telah lama menjadi alat perlawanan dan kritik sosial. Dari lirik-lirik pedas Bob Dylan hingga hentakan Rage Against the Machine, sejarah telah mencatat bagaimana musisi sering menjadi suara bagi mereka yang merasa terpinggirkan. Namun, ketika band punk asal Purbalingga, Sukatani, merilis lagu "Bayar Bayar Bayar", dampaknya lebih besar dari sekadar suara lantang dari panggung musik indie. Lagu yang berisi kritik terhadap kepolisian ini memicu polemik hingga akhirnya mereka memilih untuk menariknya dan mengunggah video permintaan maaf.

Di akun Instagram resminya, Sukatani menyatakan permohonan maaf kepada Polri, termasuk kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit. Langkah ini sontak menuai beragam reaksi dari publik. Banyak yang mempertanyakan, apakah permintaan maaf ini murni dari hati atau hasil dari tekanan? Di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa mereka hanya mencoba menghindari masalah hukum yang bisa merugikan karier mereka ke depan.

Fenomena ini mengangkat kembali perdebatan klasik: sejauh mana kebebasan berekspresi bisa diterima di Indonesia? Musik, seni, dan budaya pop sering kali menjadi media kritik yang menyuarakan keresahan publik. Namun, ketika kritik itu diarahkan pada institusi besar, risikonya bisa sangat besar. Bagi sebagian orang, ini adalah bentuk kontrol terhadap kebebasan berpendapat. Namun, bagi yang lain, ini adalah pengingat bahwa ada batasan dalam menyampaikan kritik, terutama di era digital yang semakin diawasi.

Terlepas dari kontroversinya, Lagu dari Band Sukatani ini membuktikan satu hal: musik tetap menjadi kekuatan besar dalam membentuk opini publik. Meskipun mereka telah menarik lagu tersebut, pesan yang tersampaikan sudah terlanjur menggema. Pertanyaannya kini, apakah kita akan melihat lebih banyak musisi yang berani bersuara? Atau justru semakin banyak yang memilih untuk membungkam diri demi menghindari polemik?

Seperti biasa, musik akan terus berbicara. Tinggal kita yang menentukan apakah ingin mendengarkan atau membiarkannya tenggelam dalam sunyi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun