Mohon tunggu...
Benny Rhamdani
Benny Rhamdani Mohon Tunggu... Novelis - Kreator Konten

Menulislah hal yang bermanfaat sebanyak mungkin, sebelum seseorang menuliskan namamu di nisan kuburmu. | Subscribe YouTube @bennyinfo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ngintip '3 Pria Bugil' dari Lapangan Saparua

5 Mei 2014   16:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:51 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_334758" align="alignnone" width="448" caption="Full aktivitas olahraga di Lapangan saparua, Bandung. (dokpri)"][/caption]

Minggu pagi, kami sekeluarga membiasakan diri ke Lapangan Saparua, Bandung. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan warga Bandung di sini , mulai dari olahraga, sarapan, cari pasangan, sampai melihat bangunan lama di sekitarnya.

Lapangan Saparua merupakan bagian dari komplek Gelanggang Olahraga Saparua yang berlokasi di Jalan Ambon no 9, Bandung.  Bangunan gedung olah raganya sendiri sering dijadikan tempat pertandingan basket dan bulutangkis. Bahkan di era kejayaan musik metal pada tahun 1990-an, dengan  kapasitas 4000 penonton,  GOR Saparua tidak akan kesepian setiap minggunya oleh penikmat musik cadas.

Saya beserta keluarga biasanya menghabiskan waktu dengan jogging di track atletik. Cukup padat jika ke sana sebelum pukul 08.00. Di bagian tengahnya, terkadang dipakai untuk senam aerobik masal. Ada juga sebagian yang dipakai untuk berlatih sepatu roda, biking BMX, atau 'tetepakan' (latihan bulutangkis).

Pengunjungnya dari anak-anak sampai lansia. Dari pengunjung yang berpostur atletis sampai yang penuh lemak komplet bisa ditemui. Jadi, jangan nggak pede dulu untuk datang ke tempat ini. Sering kali teman-teman yang bertubuh gemuk minder duluan  kalo diajak ke sarana olahraga. Woles aja.

[caption id="attachment_334759" align="alignnone" width="502" caption="Cocok untuk olahraga bersama keluarga. (dokpri)"]

13992551581972341339
13992551581972341339
[/caption]

Lapangan Saparua dikelilingi pepohonan rindang, udaranya terasa sejuk meskipun matahari mulai muncul. Tidak cuman pohon, banyak juga jajanan kuliner. Dari yang khas tanah sunda seperti kupat tahu, sampai sosis bakar. Tidak ada tiket masuk seperti kebanyakan sarana olahraga di kota Bandung. Terkecuali parkir kendaraan. Oh iya, untuk yang bawa mobil jika ingin parkir dekat lokasi harus datang lebih pagi atau berputa-putar dulu untuk mencari tempat strategis yang tersisa.

Saya biasanya merekomendasikan teman-teman dari luar kota yang berakhir pekan di Bandung untuk mampir ke Lapangan saparua di Minggu Pagi. Apalagi kalau mereka malam sebelumnya habis wisata kuliner jor-joran. Juga direkomendasikan untuk mereka yang masih jomblo. Lantaran, mendingan ngedate di tempat olahraga yang jelas-jelas bisa melihat kualitas kesehatan gebetan, ketimbang di diskotik.

Tiga Pria Bugil

Seperti diceritakan di atas, kita bisa melihat bangunan-bangunan lama di sekitar Lapangan Saparua. Salah satunya adalah bangunan yang kini dijadikan markas KODIKLAT TNI AD. Di sanalah kita bisa melihat 'tiga pria bugil' dalam wujud patung.

[caption id="attachment_334760" align="alignnone" width="360" caption="Coba tebak di mana "]

13992553931497031447
13992553931497031447
[/caption]

Siapa tiga pria bugil itu? Kabarnya, tiga patung torso  bugil di atas tulisan Jaarbeurs  adalah Atlas, tokoh dari mitologi Yunani kuno yang dihukum memanggul langit di pundaknya untuk selamanya. Patung tersebut sempat ditutup beberapa tahun silam. Khawatir mengundang protes warga Bandung yang agamis.

Sementara itu, markas KODIKLAT sendiri merupakan bangunan bersejarah terkait dengan perkembangan kota Bandung. Kalau di Batavia ada Pasar Gambir, di Bandung ternyata juga ada. Namanya Jaarbeurs atau Annual Trade Fair. Acara ini mulai diadakan pada tahun 1920 pada bulan Juni sampai Juli atas prakarasa Comite tot Behartiging van Bandoeng's Belangen (Komite guna mengurus kota Bandung) yang pada tahun 1920 berubah namanya menjadi Bandoeng Vooruit (Bandung maju). Jaarbeurs dibuka oleh Walikota Bandung saat itu - B. Coops yang juga sebagai pemrakarsa.  Dari tahun 1920 sampai 1924 Jaarbeurs dilaksanakan di kawasan  Gelora Saparua.

Baru pada tahun 1925 gedung utama Jaarbeurs di Menadostraat 50 (kini  Jalan  Aceh) didirikan oleh kontraktor G.J. Bel berdasarkan karya arsitek C.P. Wolff Schoemaker (1882-1949). Gedung Jaarbeurs bergaya arsitektur Art Deco. Pada masa itu penyelenggaraan Jaarbeurs pada bulan Juni-Juli merupakan titik puncak kemeriahan kota Bandung.

Suasana Jaarbeurs amat meriah. Selain panggung-panggung pertunjukan, juga  banyak stand yang menempati bangunan semi permanen untuk mempromosikan berbagai produk industri dan perkebunan dari Bandung. Kegiatan ini sekaligus menjadi promosi pariwisata Bandung saat itu. Pengunjung bukan hanya masyarakat Bandung saja. Bahkan wisatawan dan pengusaha dari daerah lain dan mancanegara banyak yang datang. Sehingga hotel-hotel dan villa-villa di Bandung kebanjiran tamu.

Acara bursa dagang tahunan ini berakhir pada tahun 1941 karena pada tahun 1942 Jepang keburu masuk Indonesia. Bagaimana kalau sekarang dihidupkan kembali?

***

Referensi: Semerbak Bunga di Bandung Raya- Haryoto Kunto

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun