Mohon tunggu...
Benny Rhamdani
Benny Rhamdani Mohon Tunggu... Kreator Konten

Menulislah hal yang bermanfaat sebanyak mungkin, sebelum seseorang menuliskan namamu di nisan kuburmu. | Subscribe YouTube @bennyinfo

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

BPJS Kesehatan, Gotong-royong atau Ladang Amal?

19 Juni 2016   09:47 Diperbarui: 19 Juni 2016   10:03 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gotong-royong BPJS Kesehatan untuk Indonesia sehat. (Foto: Benny)

Berbekal rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat 1 Puskesmas Cipamokolan, Bandung, saya menyambangi Rumah Sakit Al Islam keesokan harinya sekitar pukul 05.45. Bisik-bisik dari teman yang pernah ke sini, antrean pasien BPJS Kesehatan sudah memanjang sejak pukul 05.30. Petugas Satpam menjelaskan kepada saya bahwa dokter mata yang bertugas tidak masuk hari ini. Gigit jari? Tidaklah, kan saya sedang berpuasa. Terima saja dengan ikhlas.

Antrean sudah mulai sejak dini hari. (Foto: Benny)
Antrean sudah mulai sejak dini hari. (Foto: Benny)
Keesokan harinya, Kamis (16 Juni 2016) saya datang lebih awal ke rumah sakit, sekitar pukul 05.30. Lumayan kaget ketika melihat antrean di luar sudah mengular. Bahkan ada yang sengaja menyimpan barang mereka di antrean, sementara pasien duduk di pinggirnya karena capek. Saya jadi penasaran ingin tahu, pasien yang antre paling depan itu datang pukul berapa, ya?

Saya ikut antre. Baru kali ini saya mendaftar berobat sampai antre. Pukul 06.00 pintu rumah sakit dibuka, antrean mulai maju. Petugas satpam membagikan nomor antrean kepada pasien. Saya mendapat nomor antre pendaftaran A-42.

Petugas pendaftaran tak lama terdengar mengajak pasien berdoa bersama sebelumnya. Lalu, petugas menyebutkan dokter-dokter yang melayani pasien BPJS Kesehatan yang sudah bisa ditemui secara langsung. Termasuk dokter mata yang saya akan temui.

Petigas pendaftaran memberi penjelasan kepada pasien BPJS Kesehatan. (Foto: Benny)
Petigas pendaftaran memberi penjelasan kepada pasien BPJS Kesehatan. (Foto: Benny)
Saya memastikan ke petugas informasi. Ternyata ada dua dokter mata di sini, yakni dokter Gilang dan dokter Retno. Yang penuh dokter Gilang. Saya masih bisa daftar ke dokter Retno. Dijelaskan pula, sebaiknya saya sudah mendaftar terlebih dulu melalui nomor telepon khusus jika hendak berobat BPJS Kesehatan.

Satu per satu pasien dipanggil petugas pendaftaran. Nomor A42 saya baru dipanggil tiga jam kemudian. Benar-benar menguji kesabaran. Untungnya, saya sudah menyiapkan mental sebelunya. Jadi baik-baik saja. Sebagai bonus kesabaran, ternyata saya masih dapat nomor untuk masuk klinik mata dengan dokter Gilang.

Celoteh Ruang Tunggu

Saya tak asing dengan rumah sakit ini. Dulu isteri saya karyawan rumah sakit ini. Di rumah sakit ini pula isteri saya melahirkan putra kami, bahkan kami sekeluarga selalu berobat di sini. Tapi mendatangi klinik mata adalah pertama buat saya, pertama kali pula berobat memakai BPJS Kesehatan.

Ternyata di ruang tunggu klinik mata sudah ada beberapa pasien. Sebenarnya saya bisa pulang dulu karena mendapat nomor antrean tinggi untuk bertemu dokter. Tapi saya memutuskan untuk berbaur dengan pasien lain, terutama yang menggunakan kartu BPJS Kesehatan.

Saya mendapat cerita dari Bu Kartina, usia sekitar 60 tahunan, yang baru saja menjalani operasi katarak. Hari ini dia harus kontrol kembali memeriksa kesehatan matanya. “Alhamdulillah, saya mah nggak keluar biaya lagi pas operasi. Padahal katanya mah biaya operasi katarak teh lebih dari tujuh juta. Coba kalau saya nggak pakai BPJS, uang dari mana segitu?”

Lantaran saya baru mempelajari prinsip gotong-royong pada sistem pengelolaan keuangan BPJS Kesehatan, saya pun menjelaskan kepada Bu Kartina. “Sebenarnya Ibu tetap keluar biaya alias nggak gratis. Ibu kan sudah setahun lebih jadi anggota BPJS Kesehatan. Anggaplah sebenarnya sudah menabung Rp.59.500 dikali 15 bulan, yakni Rp892.500. Nah, kekurangannya ditalangi dulu dari iuran BPJS Kesehatan orang lain. Bisa saja punya anak-anak ibu, kerabat ibu, ataupun tetangga ibu, “ papar saya. Dalam hal ini saya tidak mempertimbangkan kenaikan BPJS kelas 1 dari Rp59.500 menjadi Rp80.000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun