[caption id="attachment_243329" align="alignnone" width="274" caption="Tumpukan Naskah Masuk"][/caption] Sebagai editor akuisisi untuk buku anak-anak dan remaja, makanan sehari-hari adalah mengevaluasi naskah masuk. Mana yang layak terbit dan tidak. Berikut adalah naskah-naskah yang biasanya langsung saya deportasi: 1. Naskah teenlit dengan adegan cinta, ciuman , pegangan tangan. Jelas tidak saya baca semua. Meskipun mungkin bagus. Sudah lama sejak Nyonya Meneer Masih Brondong kantor saya tidak memiliki ruang terbit untuk produk teenlit yang asal-asalan. Halooooow ... kemana aja si pengirim maratabak naskah? Apakah tidak mengikuti perkembangan dunia persilatan buku dari penerbit yang akan dikirimnya? Meskipun namanya usaha, akan lebih baik meminimalkan kerugian dengan mencoba kirim parcel menelepon dulu penerbitnya. Atau tanya-tanya lewat mbah dukun e-mail. 2. Novel tipis ataupun tebel banget kayak bedak . Bayangin aja ada yang ngirim novel tapi cuma 25 halaman. Bukunya setebal apa nantinya ya? Ada lagi yang ngirim novel tebalnya hampir sama dengan Burger Big Mac. Dan isi ceritanya bertele-tele banget ... Mungkin salah kirim. Harusnya dikirim ke PH sinetron, biar bisa tayang sampai 7 season. 3. Novel klise. Pas baca isinya kok klise amat ya. Halaman pertama kayak buku jadul. Halaman berikutnya kayak novel lambreta, halaman selanjutnya kayak .... nggak jelas 4. Naskah yang nggak jelas untuk siapa: naskah remaja bukan, naskah anak bukan, naskah dewasa juga bukan. mungkin buat sebnagsa jin 5. Komik-komik yang gambarnya nggak jelas mana laki mana perempuan mana olga . Karakternya similar. Dan cerita yang bikin pusing kepala. 6. Naskah cerita anak yang isinya menggurui slat dan bahasanya dewasa banget. Belum lagi isinya penuh kekerasan dan kata-kata kasar belum diayak pake sraingan pasir. 7. Kumpus. Kami tidak menerbitkan kumpulan puisi dan tagihan utang . Mudah-mudahan bukan naskah kamu ya.