Meski tanggapan Jokowi baik, tapi untuk mewujudkan hari pentas yang ditambah masih membutuhkan bujet yang tidak kecil. Termasuk usulan pengurus WO Bharata untuk tukar guling di salah satu gedung di Kemayoran, yang notabene mempunyai lahan parkir yang luas untuk penontonnya. Berbeda dengan lahan parkir di Senin, yang sangat terbatas, dan bersebelahan dengan pasar Senin,”Yang kadang keamanannya dikawatirkan teman-teman perhotelan,” katanya. Bahkan Sugeng Saryadi dari Sugeng Saryadi Syndicate juga telah mengupayakan sebuah bangunan gedung pertunjukan baru, lengkap dengan sanggar latihan plus perumahan bagi para awak WO,”Tapi masih wacana,” katanya.
Dengan apa yang telah dilakukan dan diraih WO Bharata, lalu apa mimpi dan harapan Yunus ke depan atas kelangsungan kelompok wayang orangnya itu? Sederhana,”Saya ingin makin total,” katanya. Karena keberadaan kelompok WO di Jakarta memungkinkannya, bersama sejumlah kawannya yang lain, yang menggantungkan hidup di dunia pertunjukan, bisa melakukan itu. Caranya dengan turut terlibat dalam penggarapan proyek di sejumlah kelompok WO lainnya. Baik itu para penari, wiyogo, hingga pemain,”Lumayan mas, buas tambah-tambah,” katanya yang juga menjaga laman resmi WO Bharata yang beralamat di jejaring sosial Facebok: WayangOrangBharata, dan alamat Twitter @WOBharata. (Benny Benke)
tulisan ini pernah diunggah di laman http://berita.suaramerdeka.com/blogjurnalis/kripik-gedang-kripik-telo-sitik-edang-podho-roto/