*) numpang mencatat sekaligus mempublikasi
1. Menurut Humanz, lebih dari 109,6 miliar unggahan pro-Palestina membanjiri Instagram dan TikTok Indonesia sepanjang Oktober 2023. (Ingat, hanya Oktober 2023 pasca serangan HAMAS)
- Proporsinya? 93,7% pro-Palestina vs hanya 6,3% pro-Israel --- menciptakan rasio 15:1.
2. Berdasarkan metodologi netnografi sederhana, dipilih 40 sample random berdasarkan query spesifik. Dengan memetakan tiga kategori narasi utama dalam wacana digital pro-Palestina:
A. Narasi Anti-Yahudi (35%)
- Emosi terhadap kekerasan Israel beralih ke ujaran kebencian atas nama identitas Yahudi, bahkan terhadap minoritas Kristen Indonesia.
- Istilah seperti "Yahudi kejam", "Kristen Zionis pengkhianat" mencerminkan substitusi afektif:
- kemarahan struktural --menjadi--> kebencian identitas.
B. Kritik Kebijakan Israel (45%)
- Fokus pada okupasi, kolonialisme, dan pelanggaran HAM.
- Menggunakan bahasa hukum internasional.
- Menjaga pembedaan jelas antara negara dan etno-religiusitas.
C. Solidaritas Inklusif (20%)
- Mengangkat nilai-nilai kemanusiaan universal.
- Menolak generalisasi.
- Membangun empati lintas iman dan budaya.
Bersandar pada teori Sara Ahmed, studi ini menunjukkan bagaimana afeksi---terutama kemarahan---dapat "berpindah objek", dan tanpa sadar melanggengkan narasi antisemitik, meski diawali dengan solidaritas.
#AmbivalensiMinoritas
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI