Mohon tunggu...
Benito Rio AviantoMr.
Benito Rio AviantoMr. Mohon Tunggu... Dosen MK Statistika, Ekonomi indonesia, Metodologi Penelitian, & Metode Penelitian Kuantitatif, dan Sesundaan

Ayo capai Indonesia Emas 2045

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kunjungan Emmanuel Macron ke Candi Borobudur Bentuk Diplomasi Budaya membuat Malaysia iri

2 Juni 2025   11:14 Diperbarui: 2 Juni 2025   15:52 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kunjungan Presiden Perancis Emmanuel Macron ke Borobudur

Candi Borobudur, Diplomasi Budaya, dan Iri Hati Malaysia

Oleh: Benito Rio Avianto, SST, M.Ec.Dev.

Alumni Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) dan Magister Ekonomika Pembangunan, Universitas Gadjah Mada (MEP-UGM)

Kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron ke Candi Borobudur pada Mei 2025 bukan sekadar wisata kenegaraan. Ia adalah peristiwa diplomasi budaya kelas dunia. Saat pemimpin dari negara adidaya Eropa menyempatkan diri bertafakur di hadapan stupa Borobudur, dunia menyaksikan: Indonesia adalah kekuatan peradaban Asia Tenggara dengan keunikan dan kekhasannya.

Dalam balutan batik khas Yogyakarta dan iringan narasi sejarah oleh arkeolog lokal, Macron tidak hanya menikmati panorama magis Magelang di pagi hari. Ia sedang mengirim pesan simbolik: bahwa Borobudur bukan hanya milik Indonesia, tapi bagian dari warisan umat manusia --- dan Indonesia adalah penjaga sah peradaban itu. Macron amat mengapresiasi keagungan dan kemegahan candi Borobudur sebagai mandala terbesar di dunia.

Diplomasi budaya bukan hal baru. UNESCO mencatat warisan dunia bukan hanya karena fisiknya, tapi juga karena nilai filosofis dan simboliknya. Borobudur---dengan 504 arca Buddha, 2.672 panel relief, dan 72 stupa---bukan sekadar monumen, melainkan bukti kedigdayaan Nusantara abad ke-9. Borobudur bukti ketinggian budaya, arsitrktur, dan filosofi Bangsa Indonesia sejak masa lampau yang sangat dihormati para pemimpin dunia.

Macron memahami pentingnya itu. Dalam era pasca-pandemi dan geopolitik yang kian tegang, mengapresiasi kekayaan budaya mitra strategis adalah bentuk "soft power" yang halus namun kuat. Indonesia kini tidak hanya dikenal karena sawit atau batik, tapi juga karena perannya sebagai penjaga nilai-nilai universal: toleransi, kebijaksanaan, dan spiritualitas. Macronpun terpesona dengan keagungan dan keheningan Borobudur.

Namun, tidak semua pihak bersuka cita. Media sosial di Malaysia sempat ramai dengan komentar sinis atas pemberitaan luas tentang kunjungan Macron ke Borobudur. Beberapa akun bahkan kembali mengangkat klaim lama bahwa Borobudur "berakar dari rumpun budaya Melayu," seolah ingin ikut memiliki panggung yang bukan miliknya. Padahal rumpun melayu cuma rekaan para profesor Malaysia yang ingin menguasai Budaya nusantara Indonesia. bahkan, sejarah mencatat pusat Peradaban melayu berada di Kerajaan srwijaya, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia, dengan ditemukannya pada tahun 1920 yakni Prasasti Kedudukan Bukit menggunakan Bahasa Melayu Kuno dan sekarang berada di Museum Nasional, Jakarta. Hal ini membantah keberadaan Pusat Peradaban Melayu yang selama ini diklaim oleh Malaysia.

Ini bukan kali pertama. Dari rendang, batik, reog, hingga tari pendet, Malaysia kerap tergoda mengklaim budaya Indonesia sebagai bagian dari "warisan serumpun." Namun kali ini, reaksi publik internasional jelas berpihak pada Indonesia. Borobudur adalah ikon dunia, dan Prancis---dengan segala pengaruh budayanya---mengakui itu secara terbuka.

Iri hati Malaysia adalah refleksi dari krisis identitas budaya yang belum selesai. Alih-alih membangun narasi budaya autentik, mereka kerap memilih jalan pintas: ikut-ikut mengklaim. Dan ketika pemimpin dunia seperti Macron datang ke Borobudur, spotlight internasional itu terasa menyilaukan bagi negeri jiran yang belum punya "Borobudur-nya" sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun