Namun di balik peluang, tersimpan tantangan geopolitik yang tak bisa diabaikan. Apakah negara-negara tetangga siap melihat dominasi Indonesia di bidang yang selama ini mereka kuasai? Apakah ini akan menumbuhkan kerja sama atau justru kompetisi terselubung?
Sudah saatnya pemerintah melihat sepak bola bukan semata urusan hiburan atau industri olahraga, tetapi bagian dari strategi diplomasi kebudayaan yang lebih luas. Dukungan terhadap ekspor pemain, kerja sama antar-klub ASEAN, hingga penguatan branding Timnas harus dijadikan kebijakan yang terintegrasi.
Dengan memperkuat posisi pemain Indonesia di klub-klub ASEAN, kita bukan hanya mencetak gol di lapangan, tetapi juga dalam percaturan pengaruh regional. Sepak bola bisa menjadi entry point untuk kerja sama ekonomi, pendidikan, pariwisata, dan bahkan pertahanan non-militer di Asia Tenggara.
Dalam sejarah, kekuatan bangsa bukan hanya diukur dari ekonomi atau militer, tapi juga dari kemampuannya menyentuh hati bangsa lain. Jika dahulu seni dan budaya menjadi alatnya, kini sepak bola membuka jalan baru.
Dan jika dikelola dengan tepat, gejala ekspansi pemain Timnas ke klub ASEAN bisa menjadi awal dari babak baru diplomasi Indonesia---dari stadion ke Senayan, dari lapangan ke ASEAN.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI