Mohon tunggu...
bening ulandari
bening ulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hallo Perkenalkan nama saya Bening ulandari, Program studi pendidikan biologi, fakultas sains teknik dan terapan universitas pendidikan mandalika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Keunggunan Penggunaan Ilalang Sebagai Material Atap Bale Adat Sasak Sade, Lombok Tengah

25 Juni 2025   20:46 Diperbarui: 25 Juni 2025   20:46 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sasak sade (sumber foto:penulis)

Berdasarkan tradisi Suku Sasak di Desa Sade, Lombok, atap rumah terbuat dari alang-alang atau eurih (Imperata cylindrica). Atap ilalang ini dapat bertahan selama 7 -- 10 tahun

Pintu masuk Desa Sade (sumber foto: penulis)
Pintu masuk Desa Sade (sumber foto: penulis)

Penggunaan atap ilalang (Imperata cylindrica) di Desa Sade memiliki kaitan yang sangat erat dengan konsep-konsep fundamental dalam pembelajaran biologi, terutama dalam memahami adaptasi organisme terhadap lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. Secara taksonomi, ilalang termasuk dalam famili Poaceae (rumput-rumputan) yang memiliki karakteristik morfologi unik berupa batang berongga (culm), daun berbentuk pita dengan tulang daun sejajar, dan sistem perakaran serabut yang memungkinkannya tumbuh subur di berbagai kondisi tanah. Struktur anatomi ilalang yang terdiri dari jaringan sklerenkim dan kolenkim memberikan kekuatan mekanis yang optimal untuk menahan beban dan tekanan angin, sementara rongga udara dalam batangnya (aerenkim) berfungsi sebagai sistem ventilasi alami yang menciptakan sirkulasi udara dan memberikan efek pendinginan pada ruangan di bawahnya.

Dari perspektif ekologi, penggunaan ilalang sebagai atap menunjukkan contoh nyata simbiosis mutualisme antara manusia dan tumbuhan, di mana manusia memanfaatkan tumbuhan untuk kebutuhan tempat tinggal sementara tumbuhan mendapat perlindungan habitat dan penyebaran yang lebih luas. Sifat higroskopis ilalang yang dapat menyerap dan melepaskan kelembaban sesuai kondisi lingkungan membantu mengatur mikroiklim dalam rumah, mencerminkan konsep homeostasis dalam biologi. Ketahanan ilalang selama 7-10 tahun sebagai atap juga menunjukkan adanya senyawa sekunder seperti lignin dan selulosa yang memberikan daya tahan terhadap dekomposisi mikroorganisme. 

Dalam konteks pembelajaran, penggunaan atap ilalang di Desa Sade dapat menjadi model pembelajaran kontekstual yang menghubungkan teori biologi dengan aplikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari, mengajarkan siswa tentang keanekaragaman hayati, pemanfaatan berkelanjutan, biomimikri dalam arsitektur tradisional, serta pentingnya memahami karakteristik biologis suatu organisme untuk optimalisasi pemanfaatannya bagi kesejahteraan manusia sambil tetap menjaga keseimbangan ekosistem.

Atap Bale Sade (sumber foto:penulis)
Atap Bale Sade (sumber foto:penulis)

penggunaan ilalang sebagai material atap bale adat Sasak di Desa Sade, dapat disimpulkan bahwa pemilihan material ini bukan hanya berdasarkan ketersediaan sumber daya alam semata, melainkan merupakan hasil dari kearifan lokal yang telah teruji secara ilmiah dan praktis selama berabad-abad. Keunggulan ilalang dalam memberikan kenyamanan termal melalui ventilasi alami, kemampuan absorbsi akustik yang menciptakan suasana tenang, daya tahan struktural yang dapat bertahan hingga satu dekade, serta nilai estetika interior yang memukau, menjadikan material ini sebagai solusi arsitektur berkelanjutan yang sangat relevan dengan kondisi iklim tropis Indonesia. 

Lebih dari itu, penggunaan atap ilalang di bale adat Sasak Sade mencerminkan harmonisasi sempurna antara manusia dan alam, di mana pemanfaatan sumber daya hayati dilakukan dengan prinsip keberlanjutan tanpa merusak ekosistem, sekaligus melestarikan warisan budaya yang sarat dengan nilai-nilai ekologis. 

Meskipun memiliki kerentanan terhadap api, keunggulan-keunggulan tersebut membuktikan bahwa ilalang bukan hanya sekadar material bangunan, tetapi juga representasi dari integrasi antara pengetahuan tradisional, prinsip-prinsip sains modern, dan komitmen terhadap pembangunan yang ramah lingkungan, sehingga menjadikan bale adat Sasak Sade sebagai model arsitektur vernakular yang patut dijadikan inspirasi dalam pengembangan bangunan berkelanjutan di era kontemporer.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun