Aku berusaha tertawa walau sedikit terdengar sumbang.
"Sudahlah Han, Â aku santuy kog, Â jangan khawatirkan aku, untuk masalah keuangan aku sepertinya bisa mengatasi. Ayo semangat, jadikan rumah ini surga ya dengan Sonia."
"Mengapa kamu menolak aku antar?"
"Karena itu akan memberatkan kita nanti, terutama ibuku, Â palu sudah diketok bukan?"
Mobil online yang kupesan sudah datang aku pun segera mengangkat barang-barang, ingin segera berlalu dan menghilang. Aku hanya bersalaman dan mengucap salam.
"Sari, Â jaga silaturahmi ya. Pasti aku segera mejengukmu."
Aku mengangguk meyakinkan. Aku memang masih ada hubungan saudara tapi sudah berlipat jauh garis keturunannya.
Mobil online membawaku menjauh. Akhirnya tumpah pertahanku, tak terbendung air mata ini selama perjalanan. Keberuntungan dan dewi amor rupanya tak berpihak padaku ketika aku sudah mulai bisa menerima Johan di hatiku, mulai ada resah ketika dia terlambat pulang kerja.Â
Tapi sepertinya kehadiranku selama itu belum bisa mengalihkan hatinya dari Sonia. Aku hanya bisa menghibur hatiku bahwa semua akan baik-baik saja. Pahit ini harus kutelan.
****
Ibu menyambutku dengan mata yang mendung, Â aku berusaha untuk membujuklan agar tidak bersedih.