Mohon tunggu...
Swarna
Swarna Mohon Tunggu... Lainnya - mengetik 😊

🌾Mantra Terindah🌿

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Pintu Cemburu

15 September 2019   19:00 Diperbarui: 15 September 2019   19:05 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Pintu Cemburu

aku berjalan dengan sendal jepit butut yang menghitam dan tali sudah disambung peniti.
peniti nemu di pinggir kali

hari ini aku harus mengais rejeki yang melimpah di jalan besar yang disebut boulevard
jalannya orang-orang perlente
akan tertabrak bila melenggang ditengah, kecuali hari minggu
hari merdeka buatku

ya, ini hari minggu
karung sudah kusiapkan ditanganku
gelas dan botol plastik para penonton pasti menantiku di sana

sejenak aku menunggu sisa wadah minuman mereka
sambil melihat para peserta karnaval
indah berhias bagai bidadari dan bagai bangsawan
pasti mereka tak pernah kelaparan dan dekil sepertiku

aku menelan ludah saat penonton kecil melumati es krimnya dengan nikmat
ini pesta mereka, kegembiraan mereka
kapan untukku?
rupanya pestaku hanya mimpi di siang hari
hanya tertulis dalam pasal-pasal sunyi

perayaan telah usai
meninggalkan sampah plastik dimana-mana, untukku
seorang penonton meninggalkan botol minumnya di tepi trotoar yang masih tersisa
ah legah tenggorokanku.

senja telah menyapa
perlahan dan pasti matahari menyembunyikan diri
akupun beringsut pergi, membawa rasa cemburu yang tak pernah bisa kulukis pada hari, membawa sekarung penuh gelas dan botol plastik bekas
aku dapat banyak hari ini, dari kegembiraan mereka.

Malang, 15 September 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun