Mohon tunggu...
Benediktus Jonas
Benediktus Jonas Mohon Tunggu... Guru - GURU

Writing is a call to serve others and love God. Because everything I have comes from God

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Selamat Berjuang Sahabat, Aku Akan Selalu Mendukungmu

16 Oktober 2018   16:03 Diperbarui: 16 Oktober 2018   17:41 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
erin, sahabat saya setelah wisuda di UNIKAMA Malang | dokpri

 Ingin rasanya menikmati sukacita yang kamu alami. Namun aku sibuk dengan tugas-tugas kuliahku. Pun jarak antara kita, membuatku sulit untu kbisa mengucapkan selamat berbahagia. Tetapi yakinlah, aku ada untukmu. Aku hadir dalam kebahagiaanmu dan bersukacita bersamamu.

            Sahabat, empat tahun rasanya begitu cepat berlalu. Serasa baru kemarin kita berpisah dari pendidikan di bangku SMA. Namun kini kita harus berpisah lagi. Kalian akan memulai hidupmu yang baru dengan status barumu. Aku ingin menitip pesan, "Kamu sedang memulai. Sebab ketika kamu mengakhiri pekerjaanmu, kamu sedang memulai lagi." Itulah kata-kata sang pengkotbah.

            Sahabat, kita selalu berada pada start awal. Kita masih belajar dan terus belajar. Sebab selagi  kita bernafas, sebenarnya kita adalah pembelajar sejati. Statusmu yang baru jangan kau jadikan alat untuk mengadili orang lain apa lagi membuatmu menjadi sombong. Namun, jadikan moment dan tahap awal ini, untuk menjadi semakin rendah hati dan dewasa dalam iman, sebab kita ini sedang di perjalanan.

            Ibarat sebuah daun, kita selalu berproses untuk menjadi. Ada saat kita menjadi pucuk daun, kemudian berubah menjadi daun muda yang indah, dan akhirnya dimatangkan bersama mentari, hingga menjadi humus yang menyuburkan tanaman lain. Tiada fase kita berhenti, selain kematian. Kedirian kita yang sesungguhnya nyata dalam setiap proses yang kita lalui. Tak ada titik perhentian dalam berproses sahabat. Kita selalu berproses untuk menjadi.

            Sahabat, aku tahu sukacitamu besar hari ini. Sebab di sampingmu ada keluarga, sahabat, dan kekasih hati. Mereka yang telah menemanimu dalam suka dan duka, turut berbahagia bersamamu. Apa upahmu bagi mereka? Kuharap kau memiliki sejuta impian untuk membalas semua kebaikkan mereka. Jangan kau sia-siakan dukungan mereka, apa lagi kehadiran mereka di sampingmu.

            Buktikan bahwa engkau bisa. Tunjukan bahwa ilmu yang telah kau miliki adalah senjata ampuh untuk semakin berserah diri pada Tuhan dan mencari rencanaNya dalam setiap derap langkah hidupmu. Sebab tanpa Tuhan, hidup hanyalah kesia-siaan belaka.

Keluarga adalah mutiara berharga yang kita miliki. Tuhan ada dalam diri mereka. Kau bisa merasakan Cinta Tuhan lewat pengorbanan mereka, entah materi juga teladan hidup dan nasihat. Sekali lagi jangan kau sia-siakan jasa mereka. Berjuanglah semampumu untuk bisa memberikan yang terbaik buat mereka semua.

Sambil menulis surat tentangmu, aku mendengar lagu "Sahabat", dari Ebied G Ade. Ku tahu, kau tahu lagu ini dan menghafalnya. Ebied berdendang lagu untuk sahabatnya.  Meminta sahabatnya mendengar ceritanya. Cerita tentang bencana yang membuat keluarga dan semuanya hilang lenyap. Ebit berdendang, "Saat semuanya hilang, kepada siapa kita harus bertanya, apakah pada rumput bergoyang?" Ada lirik yang menarik. "Mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita, atau Allah mulai enggan melihat sikap kita."

Sahabat bencana zaman ini, tak hanya bencana alam. Bencana terbesar ialah bencana yang lahir dari kata-kata, sikap, dan tindakan yang kurang berkenan di hati.  Maka, kita perlu mejaga sikap, tingkah dan kata-kata kita. Sebab mulut yang tidak terlatih bisa menghanguskan, kata-kata yang tidak terukur mematikan diri sendiri.

            Itu dulu suratku buatmu sahabat. Jangan kau sedih, aku tak datang. Tetapi aku di sini bahagia bersamamu. Sebab cinta tidak selalu dibuktikan dengan bergandengan tangan tetapi bergandengan hati. Percayalah, aku selalu mendukungmu, mendorongmu terus maju. Dan bila kau bersedih, aku akan memelukmu dengan kasih.

           

                       

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun