Mohon tunggu...
Benedikta AveMartevalenia
Benedikta AveMartevalenia Mohon Tunggu... Mahasiswa - 00's

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ciri Khas Food Journalism pada Jurnalisme Online

26 Oktober 2021   08:18 Diperbarui: 26 Oktober 2021   08:22 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Food Journalism atau jurnalis kuliner merupakan jurnalis yang menulis tentang makanan. Menjadi menarik karena membahas tentang isi perut manusia bukan? Ditambah sekarang manusia telah berada di dunia dengan teknologi yang modern. Menjadikan seolah tidak ada batas antar yang satu dengan yang lain. Membuat jurnalisme kuliner dengan mudah berkembang secara pesat. 

Banyaknya makanan dengan cita rasa, bentuk yang khas hingga sejarah yang unik dari penjuru dunia membuat kesempatan besar bagi siapapun yang ingin menjadi jurnalisme kuliner ingin menulis tentang makanan itu. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan jurnalisme kuliner selalu diiringi oleh perkembangan makanan itu sendiri. Dan kualitas sebuah tulisan, selain keahlian jurnalis kuliner itu sendiri juga ditentukan oleh seberapa unik makanan yang hendak dituliskan.

Lalu, bagaimana cara jurnalis kuliner menarik perhatian masyarakat untuk membaca tulisannya? Tentu harus dibarengi dengan ciri khas jurnalis kuliner sendiri. Bila berbicara tentang jurnalisme, kita pasti akrab tentang hal-hal yang berbau politik, kriminal, dan kehidupan artis. Setiap bidang itu dipastikan memiliki ciri khas penulisannya masing-masing tak terkecuali kepada jurnalisme kuliner atau makanan.

Ciri khas jurnalisme makanan juga memiliki perkembangan. Diawali dengan hanya menuliskan  tentang resep-resep makanan. Terbukti pada tulisan yang berada di rubrik khusus wanita pada tahun 1891 untuk The New York World. Koran Amerika Serikat ini, pertama kali mengabarkan berita tentang makanan yang berjudul "Women and the Home-Her Daily Page" . Memang spesialisasi pada berita ini bukanlah tentang makanan. Namun, makanan dibahas di dalam berita ini, yaitu tentang tata cara produksi dari pembuatan makanan atau kuliner yang unik ini.

Berbeda saat berada di tahun 1910, jurnalisme kuliner di tahun ini menggunakan kertas yang berwarna sebagai daya tarik nya, bukan terhadap penulisan. Penulisan jurnalisme kuliner masih berbicara tentang resep dan tips membuat makanan. Namun menjadi ciri khas jurnalisme makanan di tahun ini adalah tentang kertas yang berwarna dalam mengabarkan informasi ini. 


Diduga dapat menarik perhatian banyak masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan The Louisville Courier-Journal yang menerbitkan berita tentang makanan di rubrik khusus makanan dengan kertas berwarna setiap harinya.

Jurnalisme makanan pada abad 21 rupanya mencoba menghadirkan varian pemberitaan yang lebih berbobot, seperti yang saya paparkan sebelumnya pada awal penulisan. Ssalah satunya adalah harian The Guardian yang pada 13 November 2010 mengangkat tentang kisah pembudidayaan sapi perah Hare Krishna Milk di Inggris. 

Ulasan tersebut menyuguhkan penelitian ilmiah menarik yang berusaha membandingkan kualitas susu dari peternak tersebut dan peternak yang lain. Hal ini menjelaskan bahwa jurnalisme makanan tidak hanya melulu soal mengupas resep dan bahan, namun juga bisa mengulas bagaimana makanan itu berasal dan tercipta.

Lalu, bagaimana jurnalisme kuliner itu sendiri berkembang di negara kita, Indonesia. Jurnalisme Kuliner pertama kali muncul pada tayangan TV Indonesia yaitu Selera Nusantara, tayang di RCTI pada tahun 1990-an. Dahulu masyarakat mendapatkan pengetahuan kuliner melalui panduan memasak dalam buku dan majalah. Memasak pun menjadi gaya hidup hingga seni tersendiri bagi kaum Ibu.Dan seakan sudah menempel statement bahwa yang memasak adalah kaum hawa saja.  

Hingga muncul beberapa Ibu yang menjadi Garda Gastronomi Indonesia. Seperti Julie Sutarjana, Suryatini N. Ganie, dan Sisca Soewitomo. Para ibu ini telah berkiprah dalam bidang Jurnalisme kuliner ini. Para ibu ini, sebagai jurnalis kuliner memiliki ciri khas nya masing-masing. Sebut saja ibu Ganie  yang merintis majalah Selera, sebuah majalah kuliner Indonesia pertama. 

Dari beberapa ulasan Ganie dapat dipelajari bahwa makanan bertemali dengan berbagai seni kehidupan, bukan hanya soal mengandung selera, tetapi sedianya makanan juga mengandung berbagai pengetahuan hidup, kesehatan, budaya, dan filosofi. Pengetahuan kuliner dalam karya Ganie dihasilkan melalui riset yang panjang dan rujukan serius

Dilansir dari informasi, adapun acara yang pernah membahas tentang makanan di Indonesia  adalah sebagai berikut:

1. Ok Food (NET TV)

Sumber: OKFood_NET
Sumber: OKFood_NET
2. Demen Makan (Trans TV)

transtv.co.id
transtv.co.id

3. Detektif Rasa (Trans7)

Sumber: Trans 7
Sumber: Trans 7

4. Wonderfood (NET TV)

Sumber: Net TV
Sumber: Net TV
5. Bikin Laper (Trans TV)

transtv.co.id
transtv.co.id

6. Food Story (Kompas TV)

Sumber: KompasTV
Sumber: KompasTV

7. Rasapedia (SCTV)

vidio.com
vidio.com

Perkembangan jurnalisme kuliner pastinya memiliki dampak tersendiri, baik positif maupun negatif. Dalam dampak positif nya, tak dipungkiri bila di zaman sekarang ini kita sudah bisa melihat tersebar makanan makanan western atau makanan barat di negara kita ini. Atau mungkin sebentar lagi akan kita lihat di pedesaan, pizza atau spaghetti menjadi makanan yang umum atau biasa. Hal ini tentu tidak terlepas dari peran jurnalisme kuliner ini. 

Dimana jurnalis kuliner berperan dalam mengabarkan informasi tentang suatu makanan yang tentu bila setiap orang merasa penasaran akan makanan tersebut, biasanya mencari cara bagaimana untuk mendapatkan nya. Kita juga dimudahkan dalam mencari referensi makanan atau restoran yang dapat kita kunjungi. 

Bila dulu kita kesulitan dalam menemukan restoran yang enak, dan hanya berpatokan pada saran atau dari cerita orang sekitar, sekarang setidaknya kita sudah dapat lebih terbuka melihat kualitas restoran atau makanan yang ingin dikunjungi.

Sementara di sisi negatif nya dengan munculnya beberapa perubahan tayangan acara-acara kuliner saat ini, yang hanya menyajikan tayangan untuk mencicipi makanan di luar rumah, menimbulkan efek konsumtif bagi masyarakat, kebanyakan acara hanya menyajikan makanan tanpa disertai cara pengolahan dan informasi gizi sebagai sisi edukasinya. Lalu, ditambah dengan kualitas rasa makanan. 

Di zaman sekarang yang serba sosial media ini, masyarakat lebih tertarik dengan tampilan makanan tertentu daripada rasa nya. Banyak juga jurnalis kuliner yang hanya menyorot dan memfokuskan tentang tampilan makanan dibanding cita rasa dan kualitas gizi dari makanan itu.

Dapat kita simpulkan, bahwa keunikan ciri khas jurnalisme kuliner berawal dari hanya menuliskan tentang resep dan tips membuat makanan, memperbaiki tampilan penulisan, hingga memberikan informasi lebih lengkap dan kompleks lagi seperti resep, ciri khas, aroma, informasi gizi sampai kepada sejarah dari makanan itu sendiri. 

Jurnalisme kuliner juga tidak dapat dipisahkan dari perkembangan teknologi. Sebagaimana kita ketahui, sekarang masyarakat lebih berfokus kepada media online dibanding media cetak. Untuk itu, jurnalisme kuliner kiranya mampu mengikuti tren perkembangan zaman dan meningkatkan kembali ciri khas yang membuat masyarakat dapat tertarik untuk memuat informasi tentang itu.

Menulis bukan hanya tentang untuk meraup keuntungan atau perhatian masyarakat, namun bagaimana cara jurnalis itu untuk dapat menyebarkan berita berkualitas dengan dampak positif bagi setiap orang yang membacanya. Untuk itu, dapat diperhatikan oleh para jurnalis kuliner untuk bukan hanya membeberkan tentang keenakan atau sedap nya makanan yang dituliskan. 

Namun ada baik nya untuk selalu jujur dan transparan akan baik dan buruk nya makanan yang dituliskan, informasi gizi apa yang ada didalamnya serta bagaimana masyarakat dapat menikmati makanan yang tidak hanya enak, namun bergizi dan berdampak baik bagi kesehatan nya.

Karena keberhasilan suatu jurnalisme itu adalah tentang seberapa banyak dampak positif yang dapat disebarkan dan dinikmati oleh setiap orang, disertai dengan fakta dan pembuktian yang ada. Jurnalisme kuliner dapat berhasil bila informasi yang disebarkan adalah sesuai dengan fakta dan tidak hanya sekedar "enak di foto saja".

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun