Mohon tunggu...
Benedictus Raditya Santoso
Benedictus Raditya Santoso Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Negri Jakarta

Pribadi dengan keinginan kuat untuk berkeliling dunia dan menjelajah tempat tempat baru.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tindakan Kekerasan dan Perlindungan dalam Pendidikan di Sekolah-Sekolah Indonesia

25 Oktober 2023   21:15 Diperbarui: 25 Oktober 2023   21:18 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENULIS

Pendidikan Sosiologi B, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

Benedictusradityas@gmail.com

Tindakan Kekerasan dan Perlindungan dalam Dunia Pendidikan di Sekolah-Sekolah Indonesia

Pendahuluan

Kekerasan yang terjadi pada pelajar pelajar di sekolah sekolah Indonesia msh umum terjadi. Baik kekerasan verbal maupun kekerasan verbal kerap terjadi di sekolah-sekolah, seperti contoh kekerasan terhadap siswa, perasaan pada guru, kekerasan terhadap karyawan sekolah dan lain sebagainya. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat siswa dalam menimba ilmu tetapi menghadirkan berbagai tindakan kekerasan yang untuk sebagian siswa ada hal yang menakutkan. Banyak dari siswa yang juga tidak memiliki keberanian untuk melaporkan tindakan tindakan kekerasan tersebut.

Di zaman sekarang ini banyak sekali tindakan tindakan yang kurang bermoral terutama di lingkungan sekolah seperti halnya pelecehan, perundungan, kekerasan guru terhadap siswa, kekerasan siswa terhadap guru dan lain sebagainya. Banyak laporan-laporan dari korban ini yang merasa bahwa mereka tidak bisa untuk membuka suara untuk mengatasi kekerasan yang terjadi pada dirinya. Mereka lebih memilih untuk tidak mengutarakan hal tersebut kepada publik ataupun kepada pihak berwenang.

Mengenai kasus-kasus di atas sekolah sebagai tempat formal untuk memperbaiki perilaku siswanya terus dipertanyakan fungsinya. Sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan, idealnya menjadi tempat ramah bagi anak didik, dalam arti dapat member jaminan untuk melangsungkan proses pembelajaran. Tempat ramah dan kondusif berarti harus dapat memberikan kesenangan, keleluasaan atau kebebasan kepada anak untuk melakukan pengembangan diri secara optimal, karena hal in akan melahirkan rasa suka dan anak akan termotivasi untuk berkreasi sesuai dengan bakat dan minatnya, sehingga bisa membangun kesadaran kritis sebagai jalan menuju terciptanya kemandirian anak.

Isu Kekerasan di Dunia

Isu kekerasan pada anak dapat menjadi konsentrasi untuk ditangani dunia agar dapat menciptakan generasi yang lebih baik di masa depan. Hal tersebut sangat disayangkan karena sekolah merupakan tempat dimana edukasi berada. Edukasi merupakan kunci untuk mencipatakan masyarakat yang damai namun berjuta-juta anak di dunia merasa tidak aman berada di sekolah. Dalam kasus bullying, anak laki-laki dan anak perempuan sama-sama memiliki resiko yang tinggi. Anak perempuan akan cenderung untuk menjadi korban dalam bentuk psikologi sedangkan anak laki-laki akan cenderung menjadi korban dalam bentuk kekerasan fisik atau ancaman? Begitu pun dengan hukuman fisik yang masih berlaku di sekolah. Terdapat 67 negara-negara di dunia yang masih memberlakukan hukuman fisik kepada murid di sekolah. Guru mash menggunakan hukuman fisik untuk mendisiplinkan murid. Di Lebanon, murid sering mendapatkan pukulan, tamparan, dan dipermalukan sedangkan di Afrika Selatan, beberapa murid yang memiliki keterbatasan seperti cacat sensorik dan intelektual, dan autism kerap menerima kekerasan fisik dan ditelantarkan oleh gurunya baik di sekolah umum maupun di sekolah luar biasa.

Beberapa negara seperti Vietnam, Indonesia, Kambodia, dan Nepal, murid- murid mencirikan sekolah sebagai tempat yang tidak aman karena sekolah merupakan tempat yang berkonstribusi terhadap kekerasan fisik, bahasa yang memalukan, dan pelecehan dari siswa lain. Analisa data dari Vietnam, Peru, Ethiopia, dan India mengindikasikan penyebab murid-murid tidak suka sekolah karena kekerasan di sekolah baik secara fisik maupun verbal yang dilakukan oleh guru dan murid-murid lainnya. Tradisi kekerasan di sekolah dapat diminimalisir jika kualitas tenaga pengajar atau guru diperbaiki. Jika tradisi kekerasan masih terus berlangsung, maka kampanye sekolah sebagai tempat yang aman tidak akan efektif lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun