Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seberapa Berbahaya Filter Bubble dan Echo Chamber dalam Konteks Pemilu?

5 Februari 2024   22:04 Diperbarui: 6 Februari 2024   03:22 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengakses informasi digital. (Unsplash/camilo jimenez)

Selain itu, tingkat penetrasi internet di Indonesia juga terus meningkat, khususnya di klasifikasi perkotaan yang mencapai 77,36% dari total populasi (APJII, 2023). 

Dalam konteks ini, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sekitar 66,48% penduduk Indonesia telah mengakses internet pada tahun 2022 (BPS, 2022). 

Fenomena peningkatan ini bukan sekadar angka statistik, melainkan juga menciptakan landasan untuk mengetahui lebih dalam tentang dampak sosialnya, khususnya dalam domain politik. 

Dengan begitu banyaknya orang yang terhubung ke internet, pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana cara algoritma dan platform digital memengaruhi cara masyarakat memahami dan berinteraksi dengan informasi, terutama dalam konteks pemilu?

Pertumbuhan jumlah pengguna internet menghadirkan tantangan dan peluang yang unik, terutama terkait dengan penyebaran informasi politik. 

Bagaimana algoritma menyesuaikan dan menyajikan informasi politik kepada pengguna dapat membentuk pola pikir, opini, dan bahkan pengambilan keputusan bagi setiap individunya.

Kita perlu melihat lebih dalam, bukan hanya pada angka yang menunjukkan pertumbuhan pengguna internet, tetapi juga pada konsekuensi cara kerja algoritma dalam membentuk pola pikir dan keputusan masyarakat. 

Bagaimana masyarakat merespons informasi politik yang disajikan oleh algoritma di dunia maya? 

Sejauh mana kita dapat memahami cara kerja algoritma dalam membentuk efek filter bubble dan echo chamber, serta dampaknya terhadap keberagaman pandangan politik?

Penjara Digital itu Bernama Filter Bubble & Echo Chamber

Di era digital yang penuh dengan informasi, sering kali kita terlena dengan kenyamanan mendapatkan berita atau informasi yang sesuai dengan keinginan dan pandangan kita. 

Apa yang mungkin tidak kita sadari adalah bahwa algoritma secara kompleks bekerja tanpa henti untuk menyusun dan menyajikan konten sesuai dengan perilaku online kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun