Mohon tunggu...
Benedictus Adithia
Benedictus Adithia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kompasiana Youth Creator Batch 1 | Journalism Enthusiast

Ben mendefinisikan dirinya sebagai multiplatform storyteller, mencoba mengemas sebuah isu menjadi laporan mendalam berbasis jurnalistik menggunakan pendekatan informasi data sumber terbuka. Follow me on Instagram: @benedictus._

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fenomena "Shrinkflation", Saat Ukuran Produk Menyusut Namun Harga Tetap

10 September 2023   00:38 Diperbarui: 10 September 2023   01:01 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi produk. (Unsplash/Denny Muller)

Shrinkflation - Pernahkah kalian merasa bahwa sesuatu tampak sedikit berbeda saat berbelanja? Mungkin sebatas rasa aneh ketika menggenggam botol minuman favorit atau saat membuka kemasan cemilan yang tampaknya lebih cepat habis daripada biasanya. Tidak, itu bukanlah trik mata atau perasaan belaka. 

Apa yang kalian alami mungkin adalah bagian dari fenomena yang dikenal sebagai "shrinkflation", di mana ukuran atau isi sebuah produk berkurang, namun harganya tetap sama. Fenomena ini telah menjadi topik hangat di kalangan konsumen dan industri, mengingat dampaknya yang luas dan implikasinya terhadap kebiasaan belanja kita.

Kenapa Shrinkflation Terjadi?

Fenomena shrinkflation muncul sebagai respons dari produsen terhadap berbagai tantangan ekonomi dan psikologis. Salah satu pendorong utamanya adalah kenaikan biaya produksi, termasuk biaya bahan baku dan tenaga kerja. Daripada menaikkan harga yang berpotensi kehilangan konsumen, produsen cenderung mengurangi ukuran atau isi produk. 

Dari sisi psikologis, konsumen seringkali memberikan reaksi negatif terhadap kenaikan harga. Namun, konsumen cenderung kurang peka atau mungkin tidak menyadari perubahan ukuran produk, memberikan perusahaan kesempatan untuk mempertahankan pelanggan sambil menjaga keuntungan. 

Selain itu, di tengah ketidakstabilan ekonomi, sensitivitas konsumen terhadap perubahan harga meningkat. Dalam situasi seperti ini, shrinkflation menjadi strategi alternatif bagi perusahaan untuk tetap kompetitif di pasar tanpa harus mengubah harga.

Dampak Terhadap Konsumen

Meskipun fenomena shrinkflation mungkin terlihat sepele pada awalnya, namun dampaknya terhadap konsumen cukup signifikan. Salah satu masalah utama yang dihadapi konsumen adalah kurangnya transparansi. 

Ketika membeli produk, konsumen seringkali berharap mendapatkan volume atau ukuran sesuai dengan yang diperkirakan, tetapi shrinkflation menyebabkan konsumen mendapatkan lebih sedikit dari yang diharapkan sebelumnya, menimbulkan rasa tertipu. 

Selain itu, meskipun secara nominal harga produk tetap, nilai uang konsumen sebenarnya menurun karena mereka mendapatkan lebih sedikit produk untuk jumlah uang yang sama, seolah-olah mengalami inflasi yang tersembunyi. Hal ini semakin diperparah ketika konsumen menyadari praktik shrinkflation dan merasa tidak puas. 

Kekecewaan ini dapat menyebabkan perubahan terhadap persepsi merek, yang pada nantinya dapat memengaruhi citra merek di mata konsumen dan mengurangi loyalitas konsumen.

Shrinkflation Sudah Tak Asing dalam Industri F&B

PepsiCo dengan strategi shrinkflation. (Sumber: Intrics)
PepsiCo dengan strategi shrinkflation. (Sumber: Intrics)

Dunia bisnis makanan dan minuman tak luput dari praktik shrinkflation. Istilah ini, bersama dengan sebutan lain seperti grocery shrink ray, package downsizing, atau deflasi, menggambarkan kecenderungan produsen untuk mengurangi ukuran produk tanpa mengubah harga jualnya. 

Cemilan favorit banyak anak Indonesia di era tertentu, seperti Momogi, Astor, Better, dan Beng-Beng, merupakan contoh yang jelas dari fenomena ini. Merek-merek tersebut mengalami pengecilan ukuran, beberapa di antaranya bahkan hingga setengah dari ukuran awalnya.

Secara internasional, shrinkflation juga menjadi strategi pemasaran. Sebagai contoh, produsen minuman berkarbonasi terkenal, PepsiCo, memutuskan untuk mengurangi ukuran botol Pepsi dari 32oz menjadi 28oz antara November 2021 hingga Januari 2022. 

Sementara itu, franchise pizza besar di AS, Domino's Pizza, memangkas jumlah potongan chicken wings yang ditawarkan dari 10 menjadi 8 potong, meskipun harga jualnya tetap US$ 7,99 - sebuah keputusan yang dipengaruhi oleh kenaikan harga daging ayam.

Namun, tidak semua perusahaan mempraktikkan shrinkflation dengan cara yang sama. Beberapa, seperti Calbee Inc dari Jepang, dengan terbuka mengumumkan rencana mereka. Dalam kasus Calbee, mereka mengurangi berat produk sebanyak 10% dan sekaligus meningkatkan harga sebesar 10%, merespons kenaikan harga bahan baku mereka.

Apa yang Bisa Kita Lakukan sebagai Konsumen?

Sebagai pembeli, menghadapi fenomena shrinkflation memerlukan kewaspadaan ekstra dalam berbelanja. Pertama, selalu perhatikan detail produk, termasuk ukuran, berat, atau volume yang tertera pada kemasan, dan bandingkan dengan harga yang ditawarkan. Hal ini akan membantu dalam menentukan apakah produk tersebut memberikan nilai yang baik untuk uang yang kalian miliki. 

Kedua, jangan ragu untuk membandingkan produk dari merek berbeda. Terkadang, merek lain yang belum menerapkan shrinkflation mungkin menawarkan produk dengan kualitas sama atau lebih baik dengan harga yang lebih kompetitif. 

Ketiga, berkomunikasi dengan produsen. Dalam era digital saat ini, konsumen memiliki kekuatan untuk memberikan masukan atau kritik langsung melalui media sosial atau platform ulasan produk. Memberi tahu produsen tentang ketidakpuasan terhadap shrinkflation bisa menjadi langkah lanjutan untuk mendorong perubahan. 

Terakhir, pertimbangkan untuk mendukung produsen lokal atau UKM yang cenderung lebih transparan dan memiliki hubungan yang lebih dekat dengan konsumennya, sehingga meminimalkan risiko praktik shrinkflation.

***

Dalam era konsumsi yang dinamis seperti saat ini, kesadaran konsumen menjadi kunci dalam memastikan bahwa mereka mendapatkan nilai terbaik dari setiap pembelian. 

Fenomena shrinkflation mengingatkan kita bahwa sebagai konsumen, kewaspadaan dan kecermatan tidak hanya diperlukan saat menghadapi kenaikan harga, tetapi juga perubahan-perubahan halus yang mungkin luput dari pandangan mata. 

Dengan memperlengkapi diri dengan informasi, dan membuat pilihan yang tepat, kita bisa memastikan bahwa kita memilih produk yang tepat dan sesuai dengan harapan.

SELESAI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun