Cecillia Wangsadinata, wanita lulusan UPH jurusan Hubungan Internasional, menerbitkan novel perdananya yang berjudul Inavitably In Love  pada tahun 2017. Cecil mengawali karirnya dengan menjadi penulis di Wattpad. Banyaknya peminat cerita Cecillia, membuatnya mendapatkan kontrak ekslusif dengan Penerbit Bukune. Tak berhenti hanya itu saja, bahkan beberapa novelnya sudah dibeli oleh MD Production untuk di filmkan.
Tidak jauh dari ciri khas kerya tulisnya di Wattpad, pada novel ini ia juga mengangkat tema tentang perjodohan keluarga konglemerat Indonesia di novel cetak pertamanya ini.  Inevitably In Love  ini juga merupakan seri pertama dari serial keluarga Tjahrir.
Berada di lingkungan berada, membuat Marshall dan Tavella memiliki prilaku yang baik. Dapat dilihat dari cara Mama Tavella mendidik Tavella.
"El, kalau nanti kamu besar dan mempunyai suami, kamu harus melakukan ini, menjahitkan ulang semua kancing kemeja dan jas suami kamu. Seberapa mahal pakaian-pakaian tersebut, bila satu kancing lepas, akan terlihat tidak sempurna. Sudah menjadi tugas istri untuk membuat pria terlihat sempurna." -- hal. 21
Banyak terjadinya kilas balik dimasa dimana Tavella dan Marshall masih menjadi pasangan suami istri, dapat disimpulkan bahwa Cecil memilih untuk menggunakan alur campuran. Paduan masa kini dan masa lalu Marshall dan Tavella membuat para pembaca seakan menjadi saksi dari kisah cinta mereka.
Dua tahun berpisah dengan Marshall, Tavella bertemu lagi dengan mantan suaminya dalam proyek tambang minyak milik Marshall. Dalam proyek ini, Tavella harus kembali berhubungan dengan mantan suaminya dan membuat perasaan yang telah ia pendam kembali muncul, bertanya-tanya kepada pertahanan dirinya untuk menjauhi mantan suaminya tersebut.
Alur novel Inevitably In Love versi cetak berkembang lebih baik dari sebelumnya. Alurnya rapi dalam bagian kerjasama dan masa lalu Tavella dan Marshall. Beberapa sumber juga mengatakan bahwa novel ini lebih baik saat di wattpad, dibanding bentuk cetaknya. Terdapat banyak adegan yang dipotong, sehingga membuat pembaca kebingungan dan bertanya-tanya tentang hubungan Marshall, Tavella dan Alia. Seperti ketidak singkronan adegan ketika Marshall pulang dari Houston dibeberapa bab.
Hal ini terdapat di bab 14, yang menceritakan bahwa Tavella menyelamatkan Alia yang sedang berusaha bunuh diri, dihari Marshall pulang dari Houston ke Jakarta.
"Karpet ruang tamu Alia yang berwarna putih sekarang berwarna merah karena darah yang terus keluar dari tangan Alia." -- hal. 174
"Kalau gue menghilang, El, mungkin nggak Marshall mencari gue?" Alia menggumamkan kata-kata terakhir sebelum tidak sadarkan diri. Kata-kata itu selalu Tavella ingat, Ia telah menghancurkan temannya sendiri. -- hal. 175
"Kamu sudah bilangkan ke istri saya kalo hari ini saya pulang?" Tanya Marshall dengan dahinya mengkerut.