Di era digital saat ini, handphone telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi remaja di Indonesia. Namun, penggunaan handphone yang berlebihan telah memunculkan fenomena yang mengkhawatirkan: kecanduan handphone, yang oleh beberapa pihak disebut sebagai "sabu digital" karena sifatnya yang sangat adiktif. Kecanduan ini tidak hanya mengganggu kesehatan fisik dan mental remaja, tetapi juga menghambat kemampuan mereka untuk berfungsi sebagai bagian dari masyarakat. Artikel ini akan membahas masalah kecanduan handphone pada remaja, penyebabnya, dampaknya, dan solusi terbaik untuk mengatasinya.
Masalah
Masalah utamanya adalah kecanduan handphone di kalangan remaja di Indonesia, yang sangat parah sehingga mengganggu kemampuan mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam kehidupan sosial. Menurut survei dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia, lebih dari 71,3% anak usia sekolah memiliki gadget dan menghabiskan waktu lama untuk menggunakannya, sering kali untuk tujuan selain belajar. Kecanduan ini membuat remaja lebih memilih dunia digital daripada interaksi langsung dengan keluarga, teman, atau komunitas, yang pada akhirnya menghambat perkembangan sosial mereka. Istilah "sabu digital" mencerminkan betapa kuatnya ketergantungan ini, mirip dengan efek obat-obatan terlarang/narkoba.
Penyebab
Fenomena kecanduan handphone pada remaja tidak terjadi begitu saja; ada 4 faktor yang mendorong fenomena ini:
-
Akses Mudah ke Teknologi: Handphone kini menjadi barang yang hampir dimiliki setiap remaja. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa 33,44% anak usia 0-6 tahun di Indonesia sudah bisa menggunakan ponsel, dan 24,96% di antaranya mengakses internet. Angka ini menunjukkan betapa awal anak-anak terpapar teknologi, yang berlanjut hingga remaja.
Faktor Psikologis: Remaja sering kali merasa takut ketinggalan informasi atau peristiwa sosial di media sosial, yang dikenal sebagai Fear of Missing Out (FoMO). Selain itu, kepuasan dari sentuhan layar (Need for Touch - NFT) memberikan sensasi yang membuat mereka terus menggunakan handphone. Penelitian dari Unair News menunjukkan bahwa FoMO dan NFT adalah pemicu utama kecanduan smartphone.
Kurangnya Pengawasan Orang Tua: Banyak orang tua tidak memantau atau membatasi penggunaan handphone anak-anak mereka. Survei KPAI menyebutkan bahwa 79% anak diizinkan menggunakan gadget untuk tujuan non-akademik, yang memperburuk risiko kecanduan.
Dampak Pandemi: Selama pandemi COVID-19, penggunaan handphone meningkat drastis karena pembelajaran jarak jauh dan isolasi sosial. Sebuah survei CNN Indonesia menemukan bahwa 19,3% remaja di Indonesia kecanduan internet, dengan waktu online meningkat hingga 11,6 jam per hari, naik 59,7% dari sebelum pandemi.
Kecanduan handphone memiliki dampak yang luas dan serius bagi remaja:
Kesehatan Fisik
Penggunaan handphone yang berlebihan menyebabkan berbagai masalah fisik, seperti: