Armageddon bagi sebagian besar masyarakat awam, selalu dihubungkan dengan film buatan Hollywood, dimana sang "jagoan" Bruce Willis menyelamatkan dunia dengan mengorbankan dirinya dalam satu misi diluar angkasa yang tujuannya menghindarkan bumi dari hantaman meteor yang melaju tak kenal ampun. Dan lagu slow rock romantis "I dont wanna miss a thing" dari Aerosmith mengiringi bagian penutupan film, menjadikan Armageddon ini sebagai lakon kehebatan manusia mengalahkan hari kiamat, dalam pertunjukan melankolis penuh dimensi kepahlawanan. Sejatinya memang Hollywood selalu dapat mengemas segala bentuk pertarungan dan kejadian dalam paket yang laris-manis untuk dijual, dan manusia pada akhirnya selalu keluar sebagai pemenang mengalahkan segala musuh, bahkan hari kiamatpun dapat ditunda oleh Bruce Willis dengan keberaniannya. Bukit Armageddon yang saya kunjungi, dan melihatnya langsung dari atas pegunungan Carmel, lokasi dimana Nabi Elia mengalahkan empat ratus nabi Baal, sungguh jauh berbeda dari imajinasi yang terbentuk dalam bayangan pikiran saya. Karena dipandang dari ketinggian gunung Carmel, maka Armageddon yang berbukit bukit itu justru kelihatan seperti lembah dengan lekukan landai mempesona. Armageddon yang bahasa Ibrani aslinya berbunyi Har-magedone, adalah lokasi yang menurut kitab suci merupakan tempat pertarungan terakhir, dimana hari Kiamat terjadi, yaitu "the final battle between the good and the evil". Kebaikan yang dalam arti puncak berarti Tuhan, dan kejahatan yaitu Setan. Pertarungan terakhir Maha Hebat, dimana segala nubuatan dan penglihatan nabi nabi yang tertuang dalam berbagai kitab suci, pada akhirnya akan dibuktikan.
Memandang Armageddon yang terletak di daerah Megiddo , suatu kota berjarak kurang lebih empat puluh kilometer dari Danau Galilea, adalah menikmati keindahan pemandangan bukit dan lembah dalam balutan kabut dan angin yang bertiup kencang menusuk tulang. Harus diakui, ada kesan mistis yang sangat kuat melekat, bercampur keindahan bukit hijau dan beberapa desa pemukiman yang terlihat seperti sekelompok balok balok putih dari kejauhan. Tidak terlihat sesuatu yang menyeramkan sejauh mata memandang. Yang nampak adalah hijaunya pepohonan dan tanah coklat yang sudah digarap siap untuk ditanami anggur dan pohon pohon zaitun dan Kurma. Joram sang tour guide kemudian menjelaskan bahwa memang dari atas pegunungan Carmel, pemandangan Bukit dan lembah Armageddon hampir selalu ditutupi kabut. Masih cukup beruntung kami pada hari itu bisa menikmati pemandangan indahnya walaupun kabut tebal menyelimuti. Dari teras atas Gereja yang terbuka, nampak bukit dan lembah Armageddon yang terhampar bagaikan permadani aneka warna, dan saya tak habis pikir, mungkinkah lokasi seindah dan sesejuk ini menjadi pusat terjadinya peperangan terbesar hari Kiamat, dimana Kebaikan akan bertarung melawan kejahatan ?. Sejauh mata memandang yang kelihatan adalah keindahan alam dan harmonisnya ladang hijau berbaur tanah coklat dan beberapa kumpulan kecil rumah rumah putih pemukiman rakyat.



Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI