(*Tulisan ini aku persembahkan untuk konco kenthel yang baru saja menikah)
Hidup ini tak semudah membalikkan tangan, kawan. Kadang hitam pekat itu lama, sementara angin sepoi menyejukkan hanya berlalu saja itu wajar.
Hidupmu kini sudah lengkap, fikirku. Ah… tapi ku rasa kau takkan tertantang lagi dalam hidup; apalagi soal kisah asmara –hehehe tawaku bengis.Cerita merah jambuaku ibaratkan seperti memancing ikan di laut; kau sebagai pemancingnya dan kekasihmu menjadi ikannya.
Awalnya kau pasang umpan pada kail yang sempurna. Saat kau pampang umpan itu ke dalam air dan wajar kan jika berbagai ikan mencoba menangkap umpanmu. Bahkan sampai ikan-ikan saling senggol kiri-kanan itu tak salah bukan. Di atas sana kau nantinya hanya diperbolehkan mendapatkan satu ikan; memang sebagian tradisi ada yang memperbolehkanmu mendapat maksimal empat ikan hanya jika kau dapat berlaku adil – pada semuanya. Namun, baik satu atau empat sekalipun kali ini tak jadi soal – tak penting untuk dibahas, tentu saja ikan terbaik-lah yang akan menjadi pilihanmu nanti. Jadi sembari belum mencapai akhir, kau tentu masih berhak pilih-pilih atas pilihan terakhirmu kelak. Hey, aku juga takkan tahu toh – jika kau bertanya padaku mana yang terbaik, lawong itu rahasia Sang Esa untukmu.
Namun, satu… satu yang terbesit dalam benakku saat kau belum menentukan ikan mana yang kau pilih nantinya. Kau nampak bersemangat; menjejaki setiap ikan yang datang pada kail pancingmu. Meski aku juga tahu, saat kau menjejaki itu sekaligus kau menunggu kapan saat nantinya kau berhasil mendapatkan ia seutuhnya. Tapi, aku tak salah kau memang begitu bersemangat dalam keceriaanmu meski kadang benang pancingmu juga berkali-kali putus jua.
Hah, menungggu itu membuat kelu, kawan.
Menunggu itu lesu.
Kalau itu aku, hem… aku pasti sangat bergairah, kawan. Saat tarik-menarik atau ulur kemudian tarik bahkan saat benang – yang pada saat itu aku pakai senar – pancingku terputus dan harus aku ganti dulu agar bisa untuk mendapatkan ikan yang aku incar. Hahaha… tertwa lepas ketika merasakan dimana proses memancing itu memang menggairahkan, apalagi menjadi indah dan terkenang hingga esok kita – mungkin – bisa ceritakan pada anak cucu dari ikan tangkapan kita.
Namun, proses itu akan berakhir saat umpanmu sudah benar-benar termakan oleh seekor ikan yang – mungkin saja – terbaik.
Kau telah mendapatkannya, kawan.
Kau berhasil mengikatnya, dan kau pun bisa membawanya pulang.
Hhh, aku menghela nafas ketika saat seperti ini terjadi. Ingatkah kau dulu aku pernah bilang kalau ada beberapa hal yang tidak aku suka, nah… ya ini salah satunya; yaitu saat dimana kita sudah berhasil mendapatkan seekor ikan pilihan kita masing-masing dan lalu mengikatnya, hem… itu berarti kau sudah selesaimemancing bukan? Hhh… aku menghela nafas lagi, pertanda aku pastilah akan kehilangan teman memancing lagi setiap minggu, setiap hari libur atau bahkan setiap sore menjelang senja kau mesti mengajakku; tapi kini sudah tidak lagi.
Heyh, maaf aku jadi dleming ke mana-mana. Yang terpenting tak usah bingung atau bimbang dengan keadaanmu sekarang. Memang benar kau tak bisa lagi bersenang-senang denganku sering-sering. Kadang aku sempat kasihan denganmu karena keadaan ini, tapi tidak… kenyataannya lo kamu sudah mendapatkan ikanmu seutuhnya, lalu setiap jengkal waktunya kau dapat bersama-sama terus; sementara aku belum… hahaha, aku ingin menepuk bahu sebelah kirimu dan berkata: “Tenang sob, ini cuma bercanda saja. tak usah kau masukkan hati lah kata-kataku barusantadi”
Jangan bingung, kawan!!! Hidupmu – yang sebenarnya – baru dimulai ini sobatku… tak usah gundah menyelimutimu
Jangan kau – karena kebingunganmu – lantas menceburkan lagi ikanmu itu ke air, apalagi jangan sampai kau memakannya; jangan!!! Kau juga tak boleh terlihat tak bersemangat lagi saat kau sudah mendapatkannya dan seutuhnya menjadi milikmu – semoga saja bisa langgeng untuk selamanya.
Ya… ikan itu kini sudah milikmu dan mau kau apakan itu sudah terserah kalian berdua. Ya… memang benar; kau kini tidak sendiri lagi dan tidak boleh aku memanggilnya dengan “kamu”, melainkan dengan “kalian” – itu lebih tepatnya.
Kenapa? – tanyamu menghentakku.
Hey, kau sudah bersama seseorang yang kau pilih – kawan. Artinya kalian itu sudah menjadi satu, dan takkan mungkin bisa berdiri sendiri – tentu saja kalian saling melengkapi toh. Hanya dengan toleransi antara kalian berdua-lah yang membuat kalian tetap utuh. Ingat, kalian bukan yang dulu lagi – yang masih bisa memikirkan diri sendiri sendiri dan kadang tak menghiraukan satunya. Sekarang sudah berbeda, dan benar-benar berbeda. Kalian harus menyadari perbedaan – dulu dan sekarang – itu cepat-cepat sebelum terlambat dan memunculkan hal yang tak kalian inginkan – naudhubillahi min dzalik. Tentu saja buang jauh sekali ego pribadi kalian – kalau perlu hilangkan ego itu dari kamus hidup kalian.
Sekali lagi, buang dan musnahkan penyakit individualistik itu dari keseharian kalian. Ingat, kalian sudah bersama dan tak mungkin berpisah dalam hal apapun – kecuali saat tuntutan kerja yang memaksanya, hehehe. Kalian sudah berbahagia untuk bersama, dan bukan kebahagiaan untuk satu di antara kalian berdua, walau kadang juga kebahagiaan berdua itu akan mengorbankan hak dari salah satu di antara kalian.
Jangan mengeluh, jangan marah dengan semua konsekwensi itu. Memang – kalian harus mulai memahami – bahwa terkadang kebahagiaan itu butuh pengorbanan juga kok. Bukankah iyabegitu ‘kan, sobat?
Aku banga pada kalian – sebenarnya, karena kalian telah berani memilih dan bertindak – meski dengan segala resiko yang tentu saja kalian sudah fikirkan itu lama hingga menjadi matang.
Selamat menempuh hidup baru, kawan. Jabat erat dari aku – kawan lamamu – sembari aku tepuk bahu kananmu tanda hormat menyanjungmu. Jangan sia-siakan semua keindahan, kebahagiaan kalian bersama-sama hanya karena kerikil depan rumah yang belum sempat tersapu.
Salam terakhirku, Ingat… dunia kalian baru saja akan dimulai!!! Dan yang lebih terpenting lagi, bahwa kamu sudah tidak sendiri lagi, sudah tidak bisa menjadi kamu – sebagai seorang manusia sendiri – melainkan menjadi kalian bersama-sama menjalani kehidupan di depan. ***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI