Mohon tunggu...
Ben Bagus
Ben Bagus Mohon Tunggu... Petani sederhana yang tinggal di desa

Berbagi tips pertanian dan melestarikan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Triana Rahmawati:Membangun Empati dan Mengikis Stigma ODMK melalui Griya Schizofren

25 Agustus 2025   23:52 Diperbarui: 25 Agustus 2025   23:52 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Triana Rahmawati, penggagas Griya Schizofren Sumber:dok. Triana Rahmawati

Di tengah stigma negatif yang kerap melekat pada Orang dengan Masalah Kejiwaan (ODMK), seorang perempuan muda dari Surakarta, Jawa Tengah, bernama Triana Rahmawati, muncul sebagai pahlawan sosial. Melalui komunitas yang ia gagas, Griya Schizofren, Tria, sapaan akrabnya, mendedikasikan hidupnya untuk mendampingi dan memberdayakan ODMK, sekaligus mengedukasi masyarakat agar lebih berempati. Keberhasilannya meraih penghargaan SATU Indonesia Awards 2017 di bidang kesehatan menjadi titik balik yang memperkuat komitmennya untuk terus menyebarkan kebaikan. Artikel ini akan mengulas perjalanan inspiratif Triana, peran Griya Schizofren dalam mengubah persepsi masyarakat, serta dampak nyata dari aksi sosialnya terhadap ODMK dan komunitas sekitar.

Awal Mula Kepedulian Triana Rahmawati terhadap ODMK

Triana Rahmawati, lahir di Palembang pada 15 Juli 1992, adalah lulusan terbaik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta pada 2015. Ketertarikannya pada isu kesehatan mental berawal dari pengalaman pribadi dan lingkungan sekitarnya. Ia memiliki saudara dengan down syndrome, yang membuatnya peka terhadap tantangan yang dihadapi individu dengan kebutuhan khusus. Selain itu, kedekatannya dengan Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dan panti rehabilitasi di sekitar tempat tinggalnya memperkuat dorongan untuk berkontribusi dalam mengatasi stigma terhadap ODMK.

Pada 2013, saat masih menjadi mahasiswi sosiologi, Triana bersama dua rekannya, Febrianti Dwi Lestari dan Wulandari, menginisiasi Griya Schizofren melalui Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat (PKM-M) di UNS. Program ini awalnya bertujuan mendekati persoalan ODMK dari perspektif sosiologi, dengan fokus pada pendampingan sosial dan pengurangan stigma. Berawal dari kolaborasi dengan Griya PMI Peduli Surakarta, komunitas ini berkembang menjadi gerakan sosial yang melibatkan ratusan relawan dan mendampingi lebih dari 200 ODMK di dalam dan luar Solo.

Nama "Griya Schizofren" sendiri memiliki makna mendalam. Kata "Griya" berarti rumah, sementara "Schizofren" merupakan akronim dari Social, Humanity, Zone, Friendly. Nama ini mencerminkan misi komunitas untuk menciptakan ruang sosial yang penuh kemanusiaan dan ramah bagi ODMK, bukan hanya terbatas pada penderita skizofrenia, tetapi mencakup berbagai masalah kesehatan jiwa.

Perjalanan Griya Schizofren: Dari PKM hingga Gerakan Sosial

Griya Schizofren dimulai sebagai proyek kecil yang berfokus pada interaksi sosial dengan ODMK di Griya PMI Peduli Surakarta. Awalnya, hanya 10 mahasiswi yang terlibat, mengunjungi ODMK tiga hingga empat kali seminggu untuk berbincang, bernyanyi, menggambar, atau melakukan aktivitas sederhana seperti salat berjamaah dan buka puasa bersama. Aktivitas ini dirancang untuk membangun hubungan pertemanan yang hangat, bukan sekadar pendampingan klinis. Triana menekankan bahwa mereka hadir sebagai teman, bukan dokter atau psikolog, untuk menghilangkan jarak sosial antara ODMK dan masyarakat.

Seiring waktu, jumlah relawan bertambah hingga mencapai 50-100 orang per gelombang. Kegiatan Griya Schizofren pun berkembang, mencakup terapi sosial seperti kelas musik, menggambar, mendongeng, dan olahraga ringan. Pendekatan ini bertujuan membantu ODMK merasa diterima dan memiliki ruang untuk mengekspresikan diri. Triana percaya bahwa interaksi sosial yang penuh empati dapat mengurangi stigma yang kerap membuat ODMK terisolasi.

Pada 2014, Griya Schizofren resmi berdiri sebagai komunitas independen. Triana dan timnya mulai melibatkan keluarga ODMK dalam proses pendampingan, memastikan mereka juga memahami pentingnya dukungan sosial untuk pemulihan. Komunitas ini tidak hanya fokus pada terapi, tetapi juga pada pemberdayaan ekonomi ODMK melalui karya kreatif, seperti produk lukis dan suvenir pernikahan.

Penghargaan SATU Indonesia Awards: Titik Balik Semangat Triana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun