Mohon tunggu...
Benardo Sinambela
Benardo Sinambela Mohon Tunggu... -

Memulai belajar menulis dan mengekspresikan diri gagasan pikiran melalui tulisan-tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perbedaan/Keberagaman "Pedang Emas Bermata Dua"

29 Juli 2014   06:48 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:57 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering sekali para ahli dan Negarawan mengatakan keberagaman Indonesia adalah kekayaan yang dimiliki Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain di dunia. Para tokoh Agama Nasionalis menyebut, perbedaan adalah sumber berkat tersendiri bagi bangsa Indonesia. Namun sering sekali kita melihat di berbagai sumber berita yang memberitakan pertikaian, pembantaian dan penindasan di berbagai daerah terhadap mereka yang berbeda tapi minoritas, sehingga secara tidak langsung keberagaman/perbedaan itu menjadi sumber mala petaka bagi banyak pihak.

Sebut saja yang paling umum terjadi adalah alasan penistaan agama, persoalan pertikaian antar suku dan banyak lagi yang tidak bisa kita lihat namun terasa menjadi momok menakutkan bagi kita semua. Indonesia merupakan salah satu negara paling sekuler di belahan dunia, yang membuat banyak negara iri dan bahkan tidak banyak yang secara terang-terang mencaplok budaya kita untuk dijadikan kekayaan budaya negara lain.

Dilain sisi kita memang sudah sangat berhasil menciptakan stabilitas negara kita jika dibandingkan dengan negara lain yang tidak banyak memiliki budaya, agama, bahasa ataupun pandangan polotik namun justru negara tersebut sangat berbahaya bagi mereka sendiri. Jika kita mengambil contoh di negara lain seperti Somalia, Mesir dan beberapa di timur tengah, mereka sangatlah tidak se beragam Indonesia tetapi negara tersebut justru selalu larut dalam pertikaian dan jauh dari rasa nyaman.

Dalam bidang politik, Indonesia adalah negara yang paling banyak memiliki partai, dan sejalan dengan itu, sering sekali politisi mencekoki kita dengan isu-isu ras dan agama guna mendapatkan dukungan dan simpatik bagi para peserta pemilu. Lain daerah lain pulak Nasional, jika di daerah kita di cekoki dengan isu budaya dan adat istiadatnya, maka di politik nasional kita dicekoko dengan isu Agama. Tentu persoalan di Pilpres akan terbawa-bawa sampai ke pemerintahan, yang paling jelas terasa kita lihat di Papua, kalimantan dan daerah-daerah terluar di negara ini, yang mempengaruhinya jelas yang pertama dari segi pemilihnya, sukunya dan agamanya.

Sejujurnya jika kita membandingkan dengan negara-negara lain, kita bisa simpulkan bahwa kesamaan dan perbedaan itu tidaklah menjamin sebuh ketentraman, keberagaman itu akan selalu dimunculkan kepermukaan. Tetapi diakhir-akhir ini ada beberapa negara terbentuk karna kesamaan yang mereka miliki.

Kenapa saya mengambil judul dari tulisan saya ini Perbedaan/Keberagaman "Pedang Emas Bermata Dua"? Perkembangan yang kita lihat akhir-akhir ini adalah trend untuk membentuk sebuah negara, sebuah negara yang ingin terpisah dari negara mereka sekarang akibat dari perlakuan yang tidak memuaskan dari pemerintahnya, akibat dari kesamaan yang mereka miliki serta akibat dari kesamaan rasa yang mereka miliki. Mari kita melihat contoh sederhana yaitu Aceh dan Papua yang telah lama berusaha untuk memisahkan diri. Jika aceh dengan kesamaan agamanya dan sukunya, Papua juga sama halnya seperti aceh tetapi ditambah lagi akibat daerah mereka di anak tirikan oleh pemerintah pusat, sementara potensi alamnya sangat tinggi. Gerakan-gerakan ini tidak bisa dianggap spele, mungkin kedepan juka kita selalu mengandalkan isu perbedaan di pemilu-pemilu berikutnya, maka mustahil kita akan tetap NKRI. Sementara itu, di Konstitusi kita mengakui bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa yang membuat kita semakin mudah di tekan oleh pihak Internasional. Setelah pemilu yang ramai dengan isu-isu perbedaan, maka selanjutnya juga alasan banyak orang ingin terpisah juga adalah perbedaan tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun