Mohon tunggu...
feri anto
feri anto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk Indonesia

Karena menulis adalah perjalanan hati dan petualangan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Interview Session; Dunia Pantomim Andy Eswe

25 Oktober 2021   18:20 Diperbarui: 25 Oktober 2021   18:37 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain menjadi pelaku seni pantomime, Andy juga berbisnis. Meskipun masih dalam skala kecil,tapi mempunyai potensi besar kedepannya. "Selain berpantomim, saya juga berbisnis. Tapi bisnisya masih kecil-kecilan. Saya semula hanya, bisnis kaos limited edition, hanya 100 biji, ya  kalau habis itu sudah....produksi lagi.

Dan tahun 2017 akhir, ketika saya pentas pantomime saya kekurangan dana.. Ada gambar bagus, yang nggambar teman saya Sita. Iseng-iseng saya upload dengan gambar dikaos itu. Dari situ, pada pesen. Kemudian pada tahun 2020,saya juga jualan buku...terus saya kemudian berkembang lagi, begitu ketemu sesama pelaku kreatif".

Dok. Andy Eswe dalam Film Soekarno
Dok. Andy Eswe dalam Film Soekarno
Kreatifitas Andypun berkembang lebih jauh. Ketika ia bertemu dengan sesama pelaku kreatif. "Kami berkolaborasi. Bagaimana caranya ?.Saya punya puisi dan dia punya kapasitas menghias puisi. Jadi kami saling melengkapi satu sama lain. Ada juga teman saya yang mengilustrasikan puisi saya. Itu saya kumpulkan dan jadi postcard bunga.  

Saya punya puisi, kamu punya kemampuan daya untuk mengilustrasikan puisi saya....nah itu, kemudian saya kumpulkan, jadi postcard bunga. Beberapa kerajinan tangan dari teman saya. Kaos masih tetap jalan...dan itu sangat membantu saya dalam kehidupan sehari-hari...ya untung-untung dikiit....saya membuat sebuah toko. 

Toko kerja kerasa namanya. Itu yang memberi nama, saya sama pacar saya, Itu menjual karya-karya saya sendiri, dan karya-karya teman saya secara pribadi. Dan karya kolabirasi, prinsipnya membuat karya sendiri. Tapi kemudian kata sendiri berkembang, menjadi karya personal. Saya menjualkan karya-karya teman saya, hasil kolaborasi. Atau sesuatu yang dipasrahkan ke saya, saya bisa menjualnya. Iapun mendirikan toko, untuk mendukung bisnisnya dengan skala yang lebih luas.

"Dengan masih tetap bisnis kaos, sayapun membuat sebuah toko,lumayanlah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Toko kerja keras namanya. Yang memberi nama kebetulan pacar saya. Ditoko itu saya menjual barang-barang karya saya, temen saya. Dan hasil karya kolaborasi dengan teman saya.", jelas pria berambut pendek ini.

Dok.Andy Eswe
Dok.Andy Eswe

Toko Kerja Keras milik Andy punya kelebihan,jika dibanding toko sejenis."Tentu saja, saya punya poin plus. Ini handmade. Buku saya limited edition. Kadang saya menjual puisi saya. Hasil kolaborasi dari beberapa teman saya. Dari kreatifitas pribadi, seumpama teman saya punya produk. Bisa dititipkan pada saya. Itu yg saya tonjolkan", pungkas Andy menambahkan.

Harga yang ditawarkan Toko Kerja Keras juga beragam. "Harga dari Rp 2.500,- sampai Rp 250.000,-. Yang Rp 2.500,- itu stiker-stiker puisi kecil". Dirinya juga membuka sistem donasi karya. "Terus ada juga yang sistemnya itu donasi (jadi saya berkolaborasi dengan teman saya). Kemudian kalau ada yang suka,silahkan mendonasikan aja, seumpama range harganya Rp 100.000,- sampai Rp 500.000,- . Yaudah itu mau bayar dengan donasi itu tidak apa-apa", urai Andy.  

Sebagai pelaku aktif pantomime. Andy berpendapat jika seni pantomime tidak akan hilang, tapi upaya untuk mensiasati seni pantomime untuk terus hadir ditengah masyarakat,harus dari para seniman pantomime itu sendiri.

"Dilakoni saja, saya yakin generasi dibawah saya tetap tertarik tentang pantomime. Tapi sebenarnya tidak usah takut hilang, tapi itu tadi gimana cara membuat pantomime lebih kreatif. Jadi lebih inovatif. Membaca ruang, membaca jaman, bentuknya, supaya pantomime itu punya daya tawar; daya tawar produksi, daya tawar ruang, sistem kerja, daya tawar bentuk pantomime, daya tawar ide /gagasan. Tidak perlu takut hilang, tapi harus lebih kreatif", ucap Andy menjelaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun