Ditempat yang penuh derita ini aku tengah mengasah cakarku. Dengan batu teramat keras yang bernama ujian.Kurentangkan jemariku supaya aku dapat melihat kilaunya yang gemilang. Umurku diambang dewasa, jadi aku harus bersiap untuk bertempur melawan pemimpin Tirani Besi. Bulu yang kukenakan berwarna keemasan,karena sudah ditempa oleh api kebenaran dan dilebur oleh guntur keadilan.Tahan terhadap serangan dari kebencian dan gempuran dari kemunafikan.Tubuhku akan bersinar laksana jubah matahari.
Lalu sekejap pasukan Tirani Besi yang berniat menghancurkanku akan lenyap.Senjata yang ada di tubuhku ini tak kasat mata,semua seperti tulang kedua yang menyangga ragaku.Aku masih tetap manusia,hanya saja manusia yang lahir dari rahim Garuda,yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan tanpa memandang perbedaan...(bersambung)