Mohon tunggu...
I Made Sarjana
I Made Sarjana Mohon Tunggu... Petani - Orang desa penjelajah nusantara

Petani bekerja dengan hati, nyambi jadi peneliti untuk kemajuan negeri

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Junglegold Bali Bikin Coklat Nikmat, Petani Kakao Tak Lagi Melarat

3 Juni 2022   05:18 Diperbarui: 3 Juni 2022   05:24 817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta Indonesia Development Forum yang diselenggarakan Bappenas di Junglegold Bali. (Dokpri)

Banyak mitos atau asumsi tidak tepat terkait konsumsi coklat di Indonesia. Sebagian orang takut makan coklat karena takut gemuk, dan sebagian lagi takut sakit perut. Lebih kacau lagi, ada orang "alergi" coklat karena mereka takut "kanker" alias kantong kering. Sejatinya alasan orang mengkonsumsi coklat itu tidak memiliki alasan yang sahih atau berdasarkan hasil kajian ilmiah.

Direktur Junglegold Bali Ida Bagus Nama Rupa mengakui konsumen coklat di Indonesia tidak "happy" sehingga mereka butuh edukasi. "Pemasaran coklat kami dilakukan dengan edumarketing," tutur pria yang akrab disapa Gusde kala menerima rombongan peserta Indonesia Development Forum (IDF), Kamis (2/6/2022).

Edumarketing yang dimaksud memperkenalkan pola konsumsi coklat secara benar agar masyarakat mau merubah persepsi tentang coklat. Adanya persepsi yang menyebutkan coklat bikin gemuk, bikin jerawat, sakit perut atau coklat dijual denga harga mahal menjadi tantangan besar dalam pemasaran coklat di Indonesia. 

Terbukti, konsumsi coklat penduduk Indonesia berkisaran 0,3 kg/orang/tahun. Jumlah ini jauh dibandingkan konsumsi coklat masyarakat eropa yang mencapai 9 sampai 11 kg/orang/tahun. Kondisinya memang miris sebagai salah satu penghasil biji kakao terbesar di dunia namun konsumsi coklatnya sangat kecil.

Persepsi coklat bikin gemuk mencuat di Indonesia karena camilan coklat yang dikonsumsi itu kadar kandungan coklatnya sangat kecil. Dalam kontek ini, coklat yang dikonsumsi bukanlah coklat asli tetapi camilan atau minuman berasa coklat. 

"Yang bikin gemuk bukan coklatnya tetapi ingridien lain yang jumlahnya lebih besar seperti creamer dan gula," tutur Gusde. Jika coklat murni yang dimakan seperti biji coklat yang dirosting dan dipecah kecil-kecil sejatinya mengandung anti oksidan dan zat-zat yang menyehatkan tubuh lainnya. 


Coklat asli tidak mengandung lemah jahat yang bikin jerawat. Agar tidak sakit perut, makan coklat yang sumbernya jelas dan teknik produksi memiliki standar higienitas tinggi.

Anggapan harga coklat mahal juga tidak sepenuhnya benar, berkiblat pada harga kopi yang disuguhkan gerai kopi starbucks kepada pelanggannya seharusnya harga coklat tak patut dikeluhkan. 

Terbukti, kopi dijual dengan harga tinggi juga dinikmati pelanggan yang orang Indonesia asli. "Ada 485 gerai kopi starbucks di Indonesia, itu artinya harga kopi yang dijual di starbucks mampu dibeli orang Indonesia. Jadi kalau ada harga coklat dengan kualitas baik maka dipatok dengan harga kopi seperti yang dijual starbucks tentu tidak berlebihan dong?," tanya Gusde retoris.

Gusde pun menuturkan masyarakat yang mengkonsumsi coklat yang diproduksi di pabrik coklat Junglegold Bali pasti bikin happy. Kandungan coklat yang minimal 64% mampu menjaga kesehatan dan moodbuster bagi penikmatnya. 

Coklatnya diproduksi dari biji kakao produksi petani Indonesia dengan kualitas. Biji kakao yang diolah di Junglegold Bali dipasok oleh petani kakao di Bali dan Luar Bali. 

Produksi kakao di Bali binaan Junglegold Bali ada di Kabupaten Badung, Tabanan dan Jembrana, sedangkan petani luar Bali ada di NTT dan Papua. 

Disamping biji kakau, Junglegold Bali juga mendapatkan pasokan campuran produksi coklat bar berupa garam dan gula merah. "Garamnya dipasok petani garam Kusamba (Klungkung) dan Amed (Karangasem), sedangkan gula merahnya dari Purworejo, Jawa Tengah," papar Gusde.

Rosting Biji Kakao di Junglegold Bali (Dokpri)
Rosting Biji Kakao di Junglegold Bali (Dokpri)

Disamping menedukasi pelanggan agar tumbuh minatnya mengkonsumsi coklat, Gusde juga mengedukasi petani agar mampu menyediakan produk sesuai standar yang dibutuhkan Junglegold Bali. 

Petani mesti membudidayakan coklat secara benar, yakni budidaya tanaman kakao dengan jarak 3x3 meter, memelihara tanaman tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia, rajin memangkas ranting sehingga buah kakao muncul di batang besar agar mampu menghasilkan coklat bekualitas. 

" Yang terpenting, petani harus melakukan permentasi dalam kurun waktu tertentu dan menyerahkan ke Junglegold Bali dengan kadar air yang pas," tegas Gusde.

Tuntutan kualitas biji kakao tersebut dibarengi dengan perbaikan biji kakao. Gusde menjelaskan diawal mendirikan Junglegold Bali (sebelumnya POD Chocolates), harga biji coklat hanya berkisar Rp. 10.000 -- 15.000 perkilo gram (kg), dan saat turun mengedukasi petani tahap awal petani yang mampu berproduksi sesuai harapan biji coklatnya dibeli seharga Rp. 35.000/kg. 

Untuk tahun 2022, harga biji kakao bagi petani mitra junglegold Bali adalah Rp. 50.000. Peningkatan harga biji kakao ke pabrik coklat yang dikelola Junglegold Bali ditujukan untuk membantu petani agar tidak lagi melarat alias kesejahteraannya meningkat. 

Filosofi tersebut, menurut Gusde, menjadi dasar rebranding POD Chocolates menjadi Junglegold Bali. "Kami mendorong peningkatan awareness masyarakat utamanya petani bahwa di kawasan hutan Indonesia yang luas, kita mampu memproduksi komoditas pertanian dengan harga tinggi seperti harga emas. Itu makna nama Junglegold," ujar Gusde singkat.

Penulis dipercontohan kebun coklat Junglegold Bali (Dokpri)
Penulis dipercontohan kebun coklat Junglegold Bali (Dokpri)

Bisnis coklat Junglegold Bali layak diacungi jempol, konsep edumarketing yang diterapkan agar produksinya terserap dilakukan disisi konsumen dan petani selaku produsen kakao. 

Produksi coklat dilakukan dengan hati yang tulus untuk menjaga kesehatan konsumen dan meningkatkan pendapatan petani. Ini menjadi model pengembangan industri hilir pertanian agar usaha tani dapat berkelanjutan dan menopang kesejahteraan masyarakat terutama dari sisi keamanan pangan. 

Untuk mengkonsumsi coklat yang nikmat produksi  Junglegold Bali, pelanggan tidak harus datang ke Bali utamanya ke cafe coklat di Bandara Ngurah Rai, karena Gerai Junggold tetapi dibeberapa kota besar di Indonesia seperti Surabaya, dan Makasar. Pertengahan tahun 2022, sensasi coklat Junglegold Bali dapat dinikmati di Sarinah Jakarta. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun