Produksi kakao di Bali binaan Junglegold Bali ada di Kabupaten Badung, Tabanan dan Jembrana, sedangkan petani luar Bali ada di NTT dan Papua.Â
Disamping biji kakau, Junglegold Bali juga mendapatkan pasokan campuran produksi coklat bar berupa garam dan gula merah. "Garamnya dipasok petani garam Kusamba (Klungkung) dan Amed (Karangasem), sedangkan gula merahnya dari Purworejo, Jawa Tengah," papar Gusde.
Disamping menedukasi pelanggan agar tumbuh minatnya mengkonsumsi coklat, Gusde juga mengedukasi petani agar mampu menyediakan produk sesuai standar yang dibutuhkan Junglegold Bali.Â
Petani mesti membudidayakan coklat secara benar, yakni budidaya tanaman kakao dengan jarak 3x3 meter, memelihara tanaman tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia, rajin memangkas ranting sehingga buah kakao muncul di batang besar agar mampu menghasilkan coklat bekualitas.Â
" Yang terpenting, petani harus melakukan permentasi dalam kurun waktu tertentu dan menyerahkan ke Junglegold Bali dengan kadar air yang pas," tegas Gusde.
Tuntutan kualitas biji kakao tersebut dibarengi dengan perbaikan biji kakao. Gusde menjelaskan diawal mendirikan Junglegold Bali (sebelumnya POD Chocolates), harga biji coklat hanya berkisar Rp. 10.000 -- 15.000 perkilo gram (kg), dan saat turun mengedukasi petani tahap awal petani yang mampu berproduksi sesuai harapan biji coklatnya dibeli seharga Rp. 35.000/kg.Â
Untuk tahun 2022, harga biji kakao bagi petani mitra junglegold Bali adalah Rp. 50.000. Peningkatan harga biji kakao ke pabrik coklat yang dikelola Junglegold Bali ditujukan untuk membantu petani agar tidak lagi melarat alias kesejahteraannya meningkat.Â
Filosofi tersebut, menurut Gusde, menjadi dasar rebranding POD Chocolates menjadi Junglegold Bali. "Kami mendorong peningkatan awareness masyarakat utamanya petani bahwa di kawasan hutan Indonesia yang luas, kita mampu memproduksi komoditas pertanian dengan harga tinggi seperti harga emas. Itu makna nama Junglegold," ujar Gusde singkat.
Bisnis coklat Junglegold Bali layak diacungi jempol, konsep edumarketing yang diterapkan agar produksinya terserap dilakukan disisi konsumen dan petani selaku produsen kakao.Â
Produksi coklat dilakukan dengan hati yang tulus untuk menjaga kesehatan konsumen dan meningkatkan pendapatan petani. Ini menjadi model pengembangan industri hilir pertanian agar usaha tani dapat berkelanjutan dan menopang kesejahteraan masyarakat terutama dari sisi keamanan pangan.Â
Untuk mengkonsumsi coklat yang nikmat produksi  Junglegold Bali, pelanggan tidak harus datang ke Bali utamanya ke cafe coklat di Bandara Ngurah Rai, karena Gerai Junggold tetapi dibeberapa kota besar di Indonesia seperti Surabaya, dan Makasar. Pertengahan tahun 2022, sensasi coklat Junglegold Bali dapat dinikmati di Sarinah Jakarta. (*)