Mohon tunggu...
Bella Putri Lestari
Bella Putri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Diamnya Laki-Laki, Tidak Berarti Hening Pikirannya

26 Juli 2025   00:00 Diperbarui: 26 Juli 2025   00:03 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Halo Lokal. Sumber ilustrasi: PEXELS/Ahmad Syahrir

Di tengah meningkatnya perhatian publik terhadap isu kesehatan mental, satu kelompok masih tertinggal dalam diskusi yaitu laki-laki. Budaya patriarki yang telah lama mengakar di masyarakat Indonesia menempatkan pria dalam posisi dominan, namun secara bersamaan mengekang ekspresi emosional mereka.

Dalam struktur sosial patriarkal, laki-laki dituntut untuk menjadi kuat, rasional, dan tahan banting. Sejak kecil, mereka diajarkan bahwa menangis adalah bentuk kelemahan, dan bercerita soal beban hidup adalah tanda kegagalan. Narasi ini tertanam dalam pendidikan keluarga, ruang sekolah, hingga budaya populer. Akibatnya, banyak laki-laki tumbuh tanpa keterampilan untuk mengenali dan mengekspresikan emosi secara sehat. Hal ini membuat fenomena yang sering kita dengar yaitu "lelaki Tidak Bercerita".

Fenomena lelaki tidak bercerita sering dianggap sebagai gambaran bahwa pria cenderung menahan emosinya dan jarang membagikan kisah atau perasaan mereka. Namun, pola ini sebenarnya merupakan manifestasi dari konstruksi sosial dan budaya terkait maskulinitas yang berlaku di masyarakat. 

Mengapa Lelaki Tidak Bercerita?

Lelaki seringkali diajarkan sejak kecil bahwa mereka harus kuat, mandiri, dan tidak menunjukkan kelemahan secara emosional. Pesan-pesan seperti "harus kuat" dan "tidak boleh cengeng" menanamkan norma bahwa ekspresi perasaan adalah sesuatu yang tabu atau bahkan identik dengan kelemahan. Dalam budaya patriarki, pria diharapkan menjadi pelindung dan pengambil keputusan utama, sehingga mereka merasa tidak perlu atau takut untuk membuka diri dan bercerita tentang masalah pribadi. Penelitian menunjukkan bahwa narasi "lelaki tidak bercerita" ini direproduksi dan diinternalisasi melalui pengalaman mereka dalam keluarga, pertemanan, dan media sosial. Mereka sering menyembunyikan beban psikologis dan menahan emosi yang sebenarnya sangat memengaruhi kesehatan mental mereka. 

Dampak Negatif Lelaki Tidak Bercerita

Menahan cerita dan emosi berisiko menimbulkan gangguan kesehatan mental serius, seperti stres, depresi, dan bahkan kecenderungan bunuh diri. Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sekitar 726.000 orang meninggal akibat bunuh diri setiap tahun secara global, dengan angka bunuh diri pada pria secara signifikan lebih tinggi dibandingkan perempuan. Angka ini juga didukung oleh penelitian dan data dari Indonesia yang menunjukkan bahwa proporsi korban bunuh diri pria mencapai sekitar 2,11 kali lipat dibanding perempuan

Secara lebih spesifik, data terbaru tahun 2024-2025 dari Indonesia menunjukkan tren angka bunuh diri yang makin meningkat dengan persentase pelaku bunuh diri laki-laki mencapai sekitar 76,94% dari total kasus sepanjang tahun 2024. 

Jadi, data utama WHO yang sering dikutip berasal dari angka global terbaru sekitar 726.000 meninggal akibat bunuh diri tiap tahun (2025), sementara data nasional Indonesia menunjukkan konsistensi angka bunuh diri laki-laki jauh lebih tinggi dari perempuan dengan rasio sekitar 2:1 yang direkam pada 2024. Data ini menjadi dasar pemahaman bahwa kurangnya ruang dan keberanian bagi pria untuk bercerita turut berkontribusi pada masalah kesehatan mental serius yang memicu bunuh diri.Salah satu penyebabnya adalah kurangnya keberanian atau ruang bagi pria untuk bercerita dan mengekspresikan perasaannya. Selain itu, ketidakmampuan pria membuka diri dapat menciptakan jarak emosional dalam hubungan personal maupun sosial, sehingga berdampak pada kualitas hubungan dan dukungan yang mereka terima. 

Psikologi Komunikasi

Pentingnya Berbicara dalam pandangan psikologi komunikasi, membahas masalah bukanlah suatu kelemahan, tetapi merupakan langkah awal menuju penyembuhan. Berbicara dengan orang yang dipercaya bisa membantu mengurangi beban emosional dan memberikan sudut pandang baru dalam menyelesaikan persoalan. Konsep mendengarkan secara aktif sangat penting di sini. Dengan memberikan perhatian penuh tanpa menghakimi, pendengar membangun lingkungan yang nyaman, sehingga mendorong pria untuk membagikan kisah mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun