Solusi dari kekosongan bukanlah lebih banyak hiburan, melainkan lebih banyak kehadiran. Lebih banyak makna. Kita perlu berhenti sejenak.  Ngelawan rasa kosong itu bukan soal ngurangin screen time doang.Â
Yang lebih penting adalah mencari makna dalam hubungan, aktivitas, dan diri sendiri. Coba tanya ke diri kita sendiri:
"Apa sih yang bikin hidup gue berharga?"
"Siapa yang benar-benar hadir buat gue?"
"Nilai apa yang pengen gue pegang teguh?"
Jawabannya mungkin nggak langsung ketemu, tapi proses nyarinya itu yang bikin hidup punya arah.
Penutup
Bukan berarti teknologi itu jahat. Nggak juga. Teknologi itu netral, yang nentuin dampaknya ya cara kita gunain. Yang penting adalah gimana kita tetap jadi manusia di tengah dunia digital ini. Jangan biarkan rasa kosong jadi identitas. Kita bukan cuma generasi yang jago bikin konten, tapi juga bisa jadi generasi yang tahu cara hadir buat orang lain dan buat diri sendiri.
Karena pada akhirnya, kita semua butuh makna. Dan kadang, makna itu nggak ditemukan di layar, tapi di pelukan hangat, tawa bareng teman, atau momen hening saat kita benar-benar jujur sama diri sendiri.
Yuk, berani jujur pada diri sendiri. Jangan biarkan kekosongan ini jadi identitas kita. Kita bukan sekadar generasi yang tahu cara bikin konten. Kita juga bisa jadi generasi yang tahu cara hadir, mendengarkan, mencinta, dan memberi makna. Karena pada akhirnya, manusia bukan hanya butuh layar, tapi butuh pelukan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI