Mohon tunggu...
Belfa Yulita Nur Asifah
Belfa Yulita Nur Asifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM: 43122010161 Fakultas: Ekonomi dan Bisnis Program Studi: Manajemen Dosen Pengampu: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Saya Ingin Bahagia: Etika Eudaimonia Aristotle

17 Juni 2023   15:37 Diperbarui: 17 Juni 2023   16:52 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://umb-post.mercubuana.ac.id/pluginfile.php/78682/mod_resource/content/1/ETIKA%20HUKUM.pdfInput sumber gambar

            Kebahagiaan dapat dicapai oleh setiap orang dengan caranya sendiri. Kemampuan setiap individu untuk mencapai kebahagiaan juga berbeda. Semakin seseorang memandang kebahagiaan sebagai tujuan akhir dalam hidupnya, semakin terfokus dan mendalam mereka dalam menjalani kehidupan yang bahagia. Aristoteles berpendapat bahwa manusia harus menjalankan aktivitasnya menurut keutamaannya supaya mereka bahagia.

            Keutamaan (arete) yang dimaksud oleh Aristoteles ialah keutamaan yang mendorong orang untuk berbuat baik. Sebaliknya, hidup dalam keutamaan dimaksudkan oleh Aristoteles ialah hidup yang benar-benar diatur. kehidupan yang diatur oleh norma-norma etika dan moral yang berlaku secara umum dalam masyarakat tertentu. Dalam kasus ini, aturan moral harus dilihat sebagai sesuatu yang dapat dipahami dan berasal dari dorongan manusiawi untuk melakukannya, bukan dari sumber luar.

            Aristoteles bertanya mengapa kebahagiaan harus dibandingkan dengan aktivitas daripada potensi, karena aktivitas lebih penting daripada potensi. Orang tidak akan bahagia jika mereka menikmati segalanya secara diam-diam. Sebaliknya, mereka akan bahagia jika mereka menggunakan potensi mereka secara aktif. Jadi, yang menyenangkan ialah jika kita berkembang sehingga bakat kita menjadi kenyataan. Di sini, jelas bahwa tindakan, kegiatan, atau perbuatan (juga dikenal sebagai poises) sangat penting untuk mengembangkan bakat atau potensi tersebut. Dengan kata lain, kita harus bertindak atau berbuat secara aktif untuk mencapai tujuan kebahagiaan.

            Menurut Aristoteles, untuk memperoleh keutamaan kita harus mulai dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik secara objektif saja, ini berarti bahwa perbuatan-perbuatan yang umumnya dianggap baik akan membuat watak kita menjadi kebiasaan yang kokoh, dan kemudian kita dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang baik berdasarkan keutamaan kita. Hidup menurut keutamaan (obyektif) dapat menghasilkan keutamaan pribadi, yang menyebabkan perbuatan dilakukan karena keutamaan.

            Makna terpenting adalah bahwa kehidupan moral membawa kebahagiaan; kebahagiaan dicapai melalui pengembangan aktif dimensi yang diperlukan manusia, bukan melalui keinginan malas untuk menikmati segala sesuatu yang menyenangkan. Aristoteles menunjukkan bahwa hidup yang bermakna dapat membuat seseorang bahagia.

BAGAIMANA CARA UNTUK MERAIH KEBAHAGIAAN?


            Hal yang paling buruk, menurut Aristoteles, adalah menjadikan orang lain atau bersosialisasi sebagai sumber kebahagiaan karena pada akhirnya bisa menjadi sumber masalah. Jika seseorang mencari kebahagiaan pada orang lain atau menjadikan standar sosial sebagai cara untuk memperoleh kebahagiaan, Aristoteles merasa bahwa ini sebenarnya bukan cara yang tepat untuk melakukannya.

            Kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang lain adalah prinsip utama dari kepercayaan ini. Aristoteles mengatakan bahwa untuk mencapai eudaemonia ini diperlukan empat hal, yaitu:

  • Kesehaatan, kebebasan, kemerdekaan, kekayaan dan kekuasaan
  • Kemauan
  • Perbuatan baik
  • Pengetahuan batiniah.

            Aristoteles berpendapat bahwa setiap tindakan manusia pasti memiliki tujuan atau nilai. Tujuan awal dan tujuan akhir adalah dua jenis tujuan. Tujuan sementara hanyalah sarana untuk mencapai tujuan baru, sedangkan tujuan akhir adalah kita berperang untuk tujuan itu sendiri, bukan tujuan lain yang menarik perhatian orang lain.

            Beberapa indikator yang harus dipenuhi untuk menjadi Bahagia menurut Aristoteles antara lain:

  • Pengembangan diri
  •  Seseorang dapat menjadi bahagia dengan melakukan sesuatu daripada malas. Orang-orang menemukan bahwa hidup mereka bermakna karena mereka berkembang melalui berbagai aktivitas daripada hanya berdiam diri. Manusia merasa senang saat mereka mengembangkan dan mengungkapkan kemampuan dan bakat mereka. Kegiatan seperti itu mungkin tampak sangat sulit pada awalnya. Namun, kemajuan dalam menghadapi tantangan membuat hidup menjadi memuaskan, bermakna, dan bahagia. Tantangan itu sendiri mendorong kita untuk maju, karena tantangan itu muncul tanpa diduga. Kita otomatis harus mengambil sikap untuk mengatasi kesulitan, dan sikap ini membangun kita.
  • Berbuat kebajikan dan bersikap bijaksana
  • Sifat membedakan orang yang bijak dari binatang. Agar kebajikan ini terwujud dengan baik, seseorang harus mampu mengendalikan diri dengan baik dan mengatasi kesalahannya. Jika seseorang selalu dapat mengatasi kesalahannya dan tingkah lakunya selalu dipandu oleh kebajikannya, orang tersebut akan mencapai kebahagiaan sempurna dan menjadi orang yang benar-benar bijak.
  • Menentang Hedonisme
  • Hedonisme, menurut Aristoteles, tidak membedakan antara manusia dan hewan karena mengadopsi gaya hidup hewani pada manusia, sehingga tidak membedakan manusia dengan hewan, yang tidak masuk akal dan memalukan. Aristoteles berpendapat bahwa seseorang harus memiliki kekayaan yang cukup untuk hidup. Orang yang miskin menjadi jahat dan berperilaku rendah hati, tetapi orang yang kaya melakukan hal-hal baik untuk membuat diri mereka bahagia dan berbagi bahagia dengan orang lain.
  • Persahabatan
  • Kebahagiaan adalah dialektis. Kebahagiaan tidak akan datang langsung ketika diusahakan, tetapi mereka yang tanpa pamrih berusaha untuk membantu atau melindungi sesama akan bahagia. Jadi, eudaemonisme Aristoteles, etika kebahagiaan, tidak egosentris. Manusia memprioritaskan persahabatan sejati. Kebahagiaan yang dihasilkan oleh sahabat bukan yang paling penting dalam persahabatan sejati. Akibatnya, Aristoteles menyatakan bahwa persahabatan adalah hal yang paling penting dalam kehidupan manusia.

            Siapapun, kapanpun, dan dengan cara apapun bisa menemukan kebahagiaan. Ketika melihat berbagai cara untuk menemukan kebahagiaan, semua cara ini dapat dibagi menjadi dua kategori:

  • Internal
  • Atau kebahagiaan yang berasal dari dalam diri seseorang, misalnya memiliki tubuh yang sehat, pola pikir yang matang, dan hal serupa lainnya yang secara alami berasal dari seseorang.
  • Eksternal
  • Yaitu kebahagiaan yang berasal dari luar diri seseorang. misalnya menghabiskan waktu bersama keluarga, teman, dan hal serupa lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun