Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Santun Beragama

12 Maret 2023   14:44 Diperbarui: 12 Maret 2023   14:46 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Santun beragama. Ada orang yang memakai istilah 'Moderasi Beragama'. Istilah asing, 'moderasi'. Ini dari bahasa Latin 'moderari' artinya: mengatur, menata. Dari kata 'moderari' ini lahir kata lain, 'moderator', orang yang mengatur, 'modus' keteraturan. Kalau istilah 'moderasi beragama', untuk mudahnya dikatakan saja, 'santun beragama'. Kalau dipakai ungkapan 'santun beragama', maka empat hal muncul dari sudut filsafat kepribadian manusia. ('4N, Kwadran Bele, 2011.)

Kita manusia ini diberi Pencipta kita empat unsur dalam diri kita, NAFSU + NALAR + NALURI + NURANI. Santun beragama adalah pemunculan '4N' ini dalam hidup beragama. 

NAFSU beragama tampak dalam hal-hal bendawi seperti mendirikan rumah-rumah ibadat, beribadat, busana ibadat, tempat ibadat, waktu beribadat, doa dan lagu ibadat. 

Semua ini dipenuhi oleh manusia karena ada dorongan untuk senang dengan tempat, suasana dan cara beragama. Dalam hal ini perlu kesantunan, yaitu tidak menggembar-gemborkan agama sendiri sambil menghina orang yang berlainan agama. 

Inilah yang namanya santun beragama sesuai NAFSU yang teratur, terukur dan tersalur secara wajar baik di antara sesama yang beragama sama maupun di antara sesama yang berlainan agama.

NALAR beragama terwujud dalam beragama sesuai daya pikir dan pengalaman yang diwariskan dalam ajaran dan tradisi agama yang dianut. 

Berpikir sesuai agama yang dianut, bertindak sesuai tradisi yang diwariskan secara santun, dalam arti diri gembira dan orang lain pun gembira mendapat pengetahuan serta pengalaman tentang agama sendiri dan agama sesama. Terima ajaran dan tradisi  itu secara santun. 

NALURI beragama adalah dorongan untuk tiap orang bersama orang lain untuk melaksanakan kewajiban agama sendiri dan menghargai orang lain yang berbeda agama. Malah di mana perlu, membantu sesama dari agama lain untuk dia atau mereka beragama dengan tenteram. Hasil yang dicapai adalah puas, rasa puas dalam beragama.

NURANI beragama muncul dalam keteduhan bathin yang dialami pada saat menjalankan kewajiban agama sendiri atau saat menyaksikan orang lain menjalankan kewajiban agamanya. Kedamaian, ketenangan, suka-cita, kebahagiaan yang dirasakan dalam hati adalah hasil pelaksanaan kewajiban beragama yang merupakan buah dari sikap santun beragama.

Santun beragama itu hasinya: Senang + Gembira + Puas + Bahagia. Senang karena dorongan NAFSU beragama terpenuhi secara santun. Gembira karena pencaharian NALAR beragama tercapai secara santun. Puas karena  kerinduan NALURI beragama terjadi dalam kebersamaan dengan sesama. Bahagia karena hasrat NURANI beragama tercipta dalam diri yang terpancar secara santun dalam keteduhan dan kesakralan praktek keagamaan. 

Santun beragama itu wajib hukumnya karena TUHAN Pencipta kita yang kita puja-puji dalam agama mana pun di mana pun kapan pun, menghendaki setiap kita manusia untuk beragama secara santun supaya senang, gembira, puas dan bahagia di dunia yang kelihatan ini maupun di dunia yang tidak kelihatan nanti. Santun beragama itu tidak sukar. Harus beragama dengan santun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun