Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup dari Sudut Filsafat (37)

2 April 2021   22:30 Diperbarui: 2 April 2021   22:34 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup itu ingat. Ingat masa lalu, ingat sekarang dan ingat rencana untuk masa yang akan datang. Hidup itu rentetan ingat yang lalu, sekarang dan yang akan datang. Hidup itu dari ingat ke ingat. Sekarang ini kita hidup antara ingat akan masa lalu dan masa yang akan datang. Ingat masa lalu itu kenangan. Ingat masa depan itu idaman. Antara kenangan dan idaman itu kita hidup dan tidak ada hidup yang terpaku pada hidup sekarang. Hidup yang sekarang ini terus berlalu dan menjadi kenangan menuju idaman. Yang berperan itu ingat yang jadi ingatan. Jadi hidup itu dari ingat ke ingat. 

Hidup itu ingat supaya tetap hidup. Contoh,  makan. Makan sekarang ini terjadi karena sudah makan dan ingat akan makan lagi. Sekarang makan itu karena tadi ingat makan. Itu dorongan nafsu. Nalar berfungsi sebagai pemandu untuk ingatkan supaya makan apa yang layak dimakan. Naluri ingatkan adanya orang lain yang beri makan dan butuh makan. Nurani ingatkan  untuk makan secukupnya saja supaya hidup tidak pincang dengan kelebihan makan. Inilah kerjasama '4N', nafsu + nalar + naluri + nurani, empat unsur dalam diri kita supaya ingat dan tetap ingat bahwa hidup ini berlanjut dari hari kemarin  ke hari esok, dari masa lalu ke masa depan. (4N, Kwadran Bele, 2011). 

Hidup ini tidak mungkin terjadi tanpa ingat. Ingat tidur membuat seseorang berhenti bergiat dan tidur supaya segar. Ingat bangun membuat kita mulai lagi bergiat melanjutkan hidup. Ingat kebutuhan diri. Ini masuk bidang nafsu. Ingat pengalaman dan pengetahuan yang sudah terhimpun dalam diri. Ini masuk bidang nalar. Ingat diri dan sesama dalam hidup setiap hari. Ini masuk bidang naluri. Ingat langkah selanjutnya yang tidak diketahui kapan terhenti sehingga ingat bahwa ada DIA Yang Maha-Ada. Ini bidang nurani. 

Hidup menjadi kacau karena sengaja tidak mau ingat yang baik dan berpaling ke arah ingat yang kurang baik. Saya, anda, dia, kita selalu ingat dan ingat untuk hidup dan terus hidup dengan ingat segala yang baik, benar dan bagus (3-b) yang terhampar di depan kita. Siapa yang menyiapkan segala yang baik, benar dan bagus itu kepada kita? Siapa lagi kalau bukan DIA, TUHAN, Pemberi daya ingat itu kepada kita melalui 4N untuk ingat yang baik saja, yang benar saja dan yang bagus saja? Mengapa kita membebani diri dengan ingat yang sebaliknya, yang jahat, yang salah dan yang buruk? Hati-hati, yang  dorong kita untuk ingat yang tidak baik, tidak benar dan tidak bagus itu, tidak bukan, tidak lain dari 'dia', si jahat, yang namanya Iblis. Dia ada. Tapi kita manusia tidak perlu takut karena dia tidak mempunyai kuasa sama sekali kalau kita tidak ingat dia untuk ikut apa yang dia mau. Selalu ingat YANG di atas karena DIA itu ciptakan kita untuk bahagia tanpa batas yang namanya bahagia abadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun