Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hidup dari Sudut Filsafat (25)

13 Maret 2021   22:07 Diperbarui: 13 Maret 2021   22:12 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hidup itu merambat. Ibarat labu, merambat, berbunga, berbuah, berbiak. Suku Buna' di pedalaman Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur, mengibaratkan seorang Mama itu seperti pokok labu yang merambat. (labu, nama ilmiah: cucurbitaceae). Seorang Ibu meninggal dunia, orang Buna' mengatakan, 'Ope bul bolan' (bahasa Buna'), artinya: pokok labu layu. 

Dengan sendirinya daun, bunga dan buah turut layu. Kalau anak kecil meninggal, mereka katakan, 'ope zobel bolan', artinya: labu muda layu. Memang tanaman labu itu dari satu biji, tumbuh, merambat ke segala penjuru, berbunga dan menghasilkan banyak buah dan bijinya banyak sekali sehingga mudah dikembang-biakkan. Pucuk labu dan bunganya menjadi sayuran. Buahnya baik yang masih muda maupun yang tua menjadi sayur yang enak. Itu juga diibaratkan kepada seorang Mama yang menghidupkan dan membawa manfaat bagi turunannya. Tanaman labu ini merambat. Begitulah hidup. Merambat ke mana-mana. 

Hidup merambat karena ada dorongan dalam diri manusia untuk bergerak menjelajahi dunia sekitar. Tidak pernah tinggal diam. Inilah nafsu yang menggebu-gebu dalam diri kita manusia untuk bertumbuh lalu berketurunan. 

Labu merambat lalu menancapkan akarnya untuk hidup. Kita manusia pun merambat, memakai nalar untuk berpaut pada hal-hal yang membawa kebaikan untuk diri kita supaya dapat hidup. 

Labu merambat dan tidak mematikan tanaman lain, malah menyuburkan sesama tanaman di sekitarnya. Inilah naluri dalam diri kita manusia yang merambat, merangkul sesama untuk sama-sama hidup dan menikmati hidup untuk semakin hidup secara semarak. 

Labu yang matang kalau dibelah, isinya kuning menampung biji-biji kuning yang bakal tumbuh menjadi labu muda. Kuningnya isi labu ini untuk orang-orang suku Buna', melambangkan hati yang mulia, lembut, kuning keemasan. 

Inilah nurani manusia. Jadi dari filsafat suku Buna' terpancar empat unsur dalam diri manusia: Nafsu untuk bertumbuh, Nalar untuk berpijak, Naluri untuk berkerabat, Nurani untuk beramal. (4N, Kwadran Bele, 2011).

Hidup merambat tidak membuat gaduh. Diam-diam, tenang, menebar kesejukan membawa kedamaian ke dalam dunia sekitar. Hidup merambat tidak menggusur sesama. Hidup merambat tidak mematikan sesama. 

Hidup merambat mendekap sesama. Hidup merambat meneduhkan sesama. Hidup merambat merambah sekitar secara halus penuh kesantunan. Hidup merambat tidak menerobos. 

Hidup merambat tidak ceroboh. Hidup merambat bertujuan pasti dan luhur, menampung embun rahmat, menadah sinar berkat dari PENCIPTA dan itu yang dibagi kepada sesama. Itulah hidup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun