Mohon tunggu...
Anton Bele
Anton Bele Mohon Tunggu... Dosen - PENULIS

Dosen Tamu, pengampu Mata Kuliah Filsafat di Program Pasca-sarjana Interdisiplin Studi Pembangunan, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, Jawa Tengah.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

"Sendiri" dari Sudut Filsafat

3 Agustus 2020   16:32 Diperbarui: 3 Agustus 2020   16:45 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sendiri tidak bisa tapi harus sendiri. Itulah manusia. Kita manusia ini sendiri-sendiri tapi tidak bisa hidup sendiri. Harus bersama. Tidak bisa ada keturunan kalau ada perempuan saja, atau laki-laki saja. Harus hidup bersama dalam kesendirian. Harus hidup sendiri dalam kebersamaan. Inilah paradoks kehidupan manusia. 

Kesulitan muncul atau dimunculkan oleh kurang-sadarnya kita manusia tentang paradoks ini. Bahwa mau hidup sendiri saja itu dikiranya bisa, pada hal tidak bisa. 

Bahwa mau hidup bersama sampai hak untuk hidup sendiri itu mau dihilangkan, ternyata tidak bisa. Ada yang mau hidup sendiri saja sehingga hilangkan orang lain. Ini kebuasan. Hidup sendiri bersama orang lain, ini kepuasan.

Ada dorongan kuat dalam NAFSU manusia untuk maunya sendiri, kenyang sendiri, kaya sendiri, besar sendiri, puas sendiri. Tapi NALAR manusia berkata lain, sendiri saja tidak mampu mengarungi samudera hidup ini. Harus ada berbagi pengalaman, pengetahuan untuk mencukupi segala kebutuhan untuk hidup ini. 

NALURI pun mengiyakan, benar, harus ada bersama orang lain baru bisa bertukar kemauan NAFSU dan bertukar isi NALAR. Bisikan NURANI terdengar jelas, manusia tidak bisa buat baik untuk diri sendiri saja, tapi untuk orang lain. 

Bahagiakan diri sendiri itu wajib tapi dalam membahagiakan orang lain. Gerakan empat unsur ini, 4N (Kwadran Bele, 2011) membawa manusia itu melanglang buana kehidupan dengan terbang bersama dalam tim, bukan terbang solo. 

Sendiri bertanggung-jawab atas segala hasil kerja 4N dalam diri manusia. Tidak pernah akan diminta pertanggungan-jawab bersama oleh SANG PENCIPTA atas suatu tindakan dari satu manusia. Tanggung-jawab sendiri-sendiri. 

Manusia kembar siam pun kalau itu dua manusia yang raganya berdempet, tetap bertanggung-jawab sendiri-sendiri atas apa yang dilakukan oleh yang satu biarpun perbuatan itu terlaksana dalam keadaan raga yang nampaknya satu padahal dari segi pribadi, ada dua pribadi satu raga.

Sendiri punya badan, sendiri punya keluarga, sendiri punya hak, sendiri punya kewajiban. Dalam hidup ini tidak bisa ada perwakilan, delegasi atau pengganti sementara. 

Buat sendiri, pikul sendiri semua akibatnya, entah baik atau buruk. Tidak bisa pikul bersama. Seluruh tindakan, dari awal, pertengahan sampai akhir, utuh dipertanggung-jawabkan sendiri. Kepada siapa bertanggung-jawab? Yah, kepada DIA Yang beri tanggung-jawab itu. 

Saling membantu, saling menolong, saling mengasihi, itu wajib, itulah kewajiban. Pelaksanaan, sendiri-sendiri dalam kebersamaan. Lahir pun tak dapat diwakilkan, mati pun tidak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun