Bagi kami, Tabola Bale bukan sekadar lagu viral. Lagu ini telah berubah menjadi ritual sore keluarga. Biasanya sekitar pukul lima, setelah pekerjaan dan tugas sekolah selesai, kami memutar lagu ini keras-keras sambil menyiapkan makan malam.
Suami yang biasanya serius di depan laptop mendadak ikut menari. Anak-anak tertawa, saling berkejaran, dan rumah yang tadinya sunyi berubah menjadi panggung kecil penuh canda.
"Mama, ayo joget Tabola Bale!" kata si sulung penuh semangat.
Sekilas tampak sederhana, tapi momen-momen seperti ini terasa menyembuhkan. Ada rasa lega dan hangat yang sulit dijelaskan. Dalam tawa itu, kami seperti lupa sejenak pada tekanan pekerjaan, tagihan, dan berita yang melelahkan.
Melalui pengalaman ini saya sadar: healing tak selalu memerlukan tempat jauh atau estetika mahal. Kadang musik dan orang-orang yang kita cintai sudah cukup. Ketika eksperimen kecil ini jadi rutinitas, momen malam biasa bisa terasa istimewa.
Mengapa Musik Bisa Menyembuhkan?
Pengalaman keluarga kecil ini membuat saya penasaran: mengapa musik bisa begitu menenangkan? Jawabannya ternyata telah lama diteliti oleh para pakar.
Fenomena "musik sebagai terapi" bukan sekadar frasa indah. Sejumlah riset menunjukkan efek biologis dan psikologis nyatanya.
Menurut American Psychological Association (APA, 2023), mendengarkan musik dengan ritme stabil dan lirik positif dapat memicu produksi dopamine hormon yang berperan dalam rasa senang dan motivasi.
Studi dari Frontiers in Psychology (2022) menegaskan: mendengarkan musik bersama keluarga bisa memperkuat ikatan emosional dan menurunkan kadar hormon stres (kortisol) hingga 18 persen.
Irama berulang seperti yang hadir dalam Tabola Bale memicu fenomena entrainment sinkronisasi antara detak jantung dan tempo musik. Otak lalu merespons dengan rasa rileks, hangat, dan bahagia.
Maka tak heran jika banyak orang merasa "tenang" setelah mendengarkan lagu ini, meskipun tanpa sadar mereka hanya bergoyang kecil sambil tersenyum.