Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Pendidik, Penulis, dan Penggerak Literasi

Guru, penulis dan penggerak literasi yang percaya menulis adalah jejak sejarah diri sekaligus warisan nilai bagi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Rahasia Turun-Temurun: Bawang Merah Jadi Pertolongan Pertama Demam Anak

25 September 2025   08:58 Diperbarui: 25 September 2025   09:57 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Bawang Merah. (Sumber via kompas.com)

Sejak dulu, orang tua percaya: bawang merah bukan sekadar bumbu, tapi juga penolong saat anak demam.

Saya baru saja menjemput anak saya dari TK A. Gurunya bilang, sejak pagi ia terlihat lesu dan ternyata demam. Badannya panas ketika saya peluk. 

Di perjalanan pulang, ia tiba-tiba muntah. Belum reda rasa panik, sampai rumah justru adiknya ikut meriang dengan suhu tubuh yang sama naiknya.

Sebagai orang tua, rasa cemas tentu tidak bisa ditutupi. Demam sering kali datang tiba-tiba, dan ketika menyerang lebih dari satu anak sekaligus, kepanikan rasanya berlipat ganda. 

Namun di tengah kondisi itu, saya teringat pada pesan sederhana yang dulu sering diulang mamah saya: "Kalau anak demam, coba balurkan bawang merah."

Sebuah warisan pengetahuan tradisional yang mungkin bagi sebagian orang terdengar kuno. Tetapi entah mengapa, ingatan itu langsung muncul di kepala saya, seakan tubuh saya tahu harus melakukan apa terlebih dahulu.

Demam Anak, antara Panik dan Tradisi

Demam sebenarnya bukan penyakit, melainkan tanda tubuh sedang melawan infeksi. Namun bagi orang tua, apalagi dengan anak kecil, demam tetap menimbulkan kepanikan. Terlebih jika disertai muntah, lesu, atau suhu yang cepat meningkat.

Menurut Survei Kesehatan Indonesia 2023, demam masih menjadi salah satu gejala paling umum yang dialami anak-anak. Dalam kondisi ini, masih banyak orang tua termasuk saya memilih langkah praktis: swamedikasi di rumah. Alasannya jelas, lebih cepat, lebih murah, dan tak perlu antre di fasilitas kesehatan.

Menariknya, sebagian orang tua juga memadukan pengobatan modern dengan cara tradisional. Wajar saja, sebab di banyak keluarga, resep rumahan turun-temurun masih dipercaya ampuh. Dari baluran minyak kayu putih, ramuan herbal, hingga cara yang paling akrab: bawang merah yang diiris, dioles, lalu ditempelkan ke tubuh anak.

Bagi saya mungkin juga bagi orang tua pada umumnya, aroma bawang merah yang menusuk itu justru menghadirkan rasa tenang. Seolah ada warisan nenek moyang yang ikut hadir, menemani ikhtiar sederhana melawan demam.

Bawang Merah dalam Penelitian Modern

Kepercayaan masyarakat terhadap bawang merah ternyata tidak hanya berbasis mitos. Penelitian terkini membuktikan khasiatnya.

Studi Efektifitas Kompres Bawang Merah dan Kompres Hangat di PMB Marfiah Srengseng Sawah (2024) menemukan bahwa kompres bawang merah mampu menurunkan suhu rata-rata bayi pasca imunisasi DPT sebesar 0,83 C dari hari pertama hingga hari ketiga. Sementara kompres hangat juga efektif, meski penurunannya lebih rendah, sekitar 0,67 C.

Angka itu mungkin terlihat kecil, tetapi dalam praktiknya cukup berarti. Bagi bayi atau balita, perbedaan setengah derajat bisa menjadi penentu kenyamanan, kualitas tidur, dan ketenangan orang tua. Fakta ini memperlihatkan bahwa bawang merah punya dasar ilmiah yang dapat melengkapi kepercayaan tradisional.

Kehangatan ibu dan bawang merah untuk redakan demam. Sumber: Dokpri - Gen AI
Kehangatan ibu dan bawang merah untuk redakan demam. Sumber: Dokpri - Gen AI

Namun, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tetap menekankan bahwa penggunaan obat medis sesuai anjuran dokter adalah langkah utama dalam penanganan demam. Metode tradisional seperti bawang merah dapat dipakai sebagai pendamping, tetapi bukan pengganti terapi medis.

Khasiat Bawang Merah: Dari Dapur ke Ruang Keluarga

Di banyak daerah, bawang merah bukan sekadar bumbu dapur. Ia dikenal sebagai "obat keluarga" yang bisa dipakai untuk menurunkan panas, meredakan perut kembung, bahkan mengusir masuk angin.

Caranya sederhana: bawang merah diiris tipis, dicampur dengan sedikit minyak kelapa atau minyak telon, lalu dibalurkan pada punggung, dada, atau telapak kaki anak. Sensasi hangat yang ditimbulkannya memberi rasa nyaman, sementara aroma khasnya dipercaya melancarkan peredaran darah dan membuat tubuh lebih rileks.

Secara ilmiah, bawang merah mengandung senyawa sulfur, flavonoid, dan minyak atsiri. Ketiganya memiliki sifat antiinflamasi, antibakteri, dan memberi efek hangat alami. Meski tidak bisa sepenuhnya menggantikan obat medis, kandungan ini menjelaskan mengapa bawang merah sudah lama dipakai sebagai pertolongan pertama dalam keluarga.

Tetapi perlu diingat, tidak semua anak cocok. Beberapa bisa mengalami iritasi kulit atau reaksi alergi. Karena itu, orang tua tetap harus berhati-hati saat menggunakannya.

Malam Panas, Malam Panjang

Malam itu, saya menggendong kedua anak saya, satu di kanan dan satu di kiri. Tubuh mereka panas dan lengket oleh keringat. Saya berusaha menenangkan mereka dengan pelukan, sementara rasa khawatir menekan dada saya.

Suami saya segera bergerak ke dapur. Ia mengambil beberapa siung bawang merah, lalu mengirisnya tipis. Potongan bawang itu dicampur dengan sedikit minyak, kemudian ia balurkan perlahan ke tubuh anak-anak. Harumnya segera memenuhi kamar, bercampur dengan doa yang tak putus saya panjatkan agar panas mereka segera mereda.

Anak-anak sempat meringis karena hangatnya baluran itu. Namun beberapa menit kemudian, saya melihat mereka lebih tenang. Napasnya melambat, wajahnya yang semula tegang mulai rileks, dan akhirnya mereka bisa tertidur. Bagi saya, momen itu seperti napas lega di tengah malam panjang yang penuh kekhawatiran.

Tradisi dan Ilmu: Tidak Harus Bertentangan

Pengalaman itu membuat saya berpikir bahwa tradisi dan ilmu pengetahuan sebenarnya tidak harus dipertentangkan. Bawang merah bisa menjadi langkah awal, sebuah pertolongan pertama ketika anak demam. Namun tentu saja, bukan berarti kita boleh menyepelekan tanda bahaya medis.

Jika suhu tubuh anak tinggi, demam berlangsung lebih dari tiga hari, atau disertai gejala lain seperti kejang, lemas, atau muntah berulang, dokter tetap menjadi rujukan utama. Bawang merah hanyalah jembatan: cara sederhana untuk memberi kenyamanan sekaligus menenangkan kepanikan orang tua sebelum tindakan medis lebih lanjut.

Warisan Keluarga, Warisan Bangsa

Saya selalu percaya bahwa setiap keluarga punya "kitab kecil" berisi resep dan cara sederhana merawat anak. Ada yang mengandalkan minyak kelapa, ada yang memakai ramuan daun, ada pula yang tetap setia pada bawang merah.

Di balik itu, ada nilai yang lebih besar: kehangatan keluarga, perhatian, dan rasa percaya diri bahwa orang tua mampu melakukan sesuatu ketika anak sakit. Bagi saya, bawang merah bukan hanya tentang kandungan sulfur atau flavonoid. Ia adalah simbol warisan keluarga yang menyatukan pengalaman lintas generasi.

Malam ketika dua anak saya demam bersamaan menjadi pengingat berharga. Bahwa dalam kepanikan, kadang jawaban ada di dapur sendiri. Bawang merah yang sederhana bisa memberi rasa lega, meski hanya sesaat, sambil menunggu langkah medis jika diperlukan.

Pengalaman itu memperlihatkan bahwa warisan nenek tidak pernah benar-benar usang. Justru ketika dipadukan dengan ilmu modern, ia menemukan makna baru: bukan sekadar mitos, melainkan pengetahuan hidup yang terus relevan.

Akhirnya, bagi orang tua, yang terpenting bukan hanya meredakan panas anak, tetapi juga menjaga ketenangan hati. Di malam itu, bawang merah membantu saya menjaga keduanya.

Bagaimana dengan sahabat kompasianer? Apakah keluarga Anda juga masih mengandalkan bawang merah saat anak demam?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun