Anak-anak sempat meringis karena hangatnya baluran itu. Namun beberapa menit kemudian, saya melihat mereka lebih tenang. Napasnya melambat, wajahnya yang semula tegang mulai rileks, dan akhirnya mereka bisa tertidur. Bagi saya, momen itu seperti napas lega di tengah malam panjang yang penuh kekhawatiran.
Tradisi dan Ilmu: Tidak Harus Bertentangan
Pengalaman itu membuat saya berpikir bahwa tradisi dan ilmu pengetahuan sebenarnya tidak harus dipertentangkan. Bawang merah bisa menjadi langkah awal, sebuah pertolongan pertama ketika anak demam. Namun tentu saja, bukan berarti kita boleh menyepelekan tanda bahaya medis.
Jika suhu tubuh anak tinggi, demam berlangsung lebih dari tiga hari, atau disertai gejala lain seperti kejang, lemas, atau muntah berulang, dokter tetap menjadi rujukan utama. Bawang merah hanyalah jembatan: cara sederhana untuk memberi kenyamanan sekaligus menenangkan kepanikan orang tua sebelum tindakan medis lebih lanjut.
Warisan Keluarga, Warisan Bangsa
Saya selalu percaya bahwa setiap keluarga punya "kitab kecil" berisi resep dan cara sederhana merawat anak. Ada yang mengandalkan minyak kelapa, ada yang memakai ramuan daun, ada pula yang tetap setia pada bawang merah.
Di balik itu, ada nilai yang lebih besar: kehangatan keluarga, perhatian, dan rasa percaya diri bahwa orang tua mampu melakukan sesuatu ketika anak sakit. Bagi saya, bawang merah bukan hanya tentang kandungan sulfur atau flavonoid. Ia adalah simbol warisan keluarga yang menyatukan pengalaman lintas generasi.
Malam ketika dua anak saya demam bersamaan menjadi pengingat berharga. Bahwa dalam kepanikan, kadang jawaban ada di dapur sendiri. Bawang merah yang sederhana bisa memberi rasa lega, meski hanya sesaat, sambil menunggu langkah medis jika diperlukan.
Pengalaman itu memperlihatkan bahwa warisan nenek tidak pernah benar-benar usang. Justru ketika dipadukan dengan ilmu modern, ia menemukan makna baru: bukan sekadar mitos, melainkan pengetahuan hidup yang terus relevan.
Akhirnya, bagi orang tua, yang terpenting bukan hanya meredakan panas anak, tetapi juga menjaga ketenangan hati. Di malam itu, bawang merah membantu saya menjaga keduanya.
Bagaimana dengan sahabat kompasianer? Apakah keluarga Anda juga masih mengandalkan bawang merah saat anak demam?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI