Mohon tunggu...
Fransisca Dafrosa
Fransisca Dafrosa Mohon Tunggu... Pendidik, Penulis, dan Penggerak Literasi

Guru, penulis dan penggerak literasi yang percaya menulis adalah jejak sejarah diri sekaligus warisan nilai bagi generasi muda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dulu Pulpen, Kini Lipbalm: Transformasi Tas Sekolah Anak SMP

24 September 2025   10:42 Diperbarui: 24 September 2025   11:11 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pribadi merasa ada jurang generasi yang lebar. Dulu, kami bisa tertawa soal jerawat tanpa merasa rendah diri. Tidak ada cermin kecil di tempat pensil, apalagi lipbalm wangi buah.

Kini, siswi SMP bisa saja sibuk merapikan poni di kelas, sementara guru berusaha menjelaskan struktur teks deskripsi. Ada kerinduan pada masa ketika anak-anak bebas menikmati dirinya apa adanya, tanpa harus sibuk memoles penampilan.

Namun, saya juga sadar. Mereka tidak salah. Anak-anak sekarang tumbuh di era berbeda, di tengah tekanan media sosial yang membentuk standar kecantikan baru. Tugas kita bukan menyalahkan, melainkan mendampingi.

Menyikapi dengan Bijak

Daripada sibuk memperdebatkan boleh atau tidak, yang lebih penting adalah bagaimana orang tua dan guru mendampingi anak menghadapi fenomena ini.

  • Edukasi sejak dini. Ajarkan perawatan kulit sederhana: cuci muka dengan benar, gunakan produk sesuai usia, hindari ikut-ikutan tren tanpa tahu risikonya.
  • Bangun kepercayaan diri non-fisik. Tegaskan bahwa prestasi, keberanian, dan sikap baik sama pentingnya dengan penampilan.
  • Komunikasi terbuka. Dengarkan alasan anak ingin berdandan. Jangan langsung melarang, tetapi ajak berdialog.
  • Aturan fleksibel. Sekolah bisa memberi ruang kompromi. Make up tipis boleh, asalkan tidak berlebihan dan tidak mengganggu proses belajar.

Dengan cara ini, berdandan bisa dilihat bukan semata kosmetik, melainkan pintu masuk menuju literasi diri. Anak belajar mengenal tubuh, memahami batas, dan membangun identitas dengan cara sehat.

Pertanyaan "bolehkah anak SMP berdandan?" bukan sekadar soal ya atau tidak. Fenomena ini adalah titik temu antara nilai keluarga, norma sekolah, dan arus zaman yang bergerak cepat.

Zaman memang berubah. Kalau dulu tas sekolah saya hanya berisi buku, alat tulis, dan sapu tangan lusuh, kini anak-anak membawa lipbalm, parfum, dan cermin kecil.

Namun, tanggung jawab kita tetap sama: memastikan bahwa di balik poni yang rapi dan cermin mungil di meja kelas, anak-anak tumbuh dengan kepercayaan diri sehat, nilai hidup yang kuat, serta kesempatan menikmati masa remaja apa adanya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun