Dari Podium ke Ruang Kelas
Setiap kali melihat pejabat salah ucap di podium, ingatan saya langsung melayang ke ruang kelas. Saya teringat siswa yang gugup saat presentasi: suara bergetar, telapak tangan dingin, bahkan salah menyebut istilah sederhana, ada pula yang tampil terlalu percaya diri sehingga tidak sadar kalau mereka salah. Kepercayaan diri yang berlebihan ini justru membuat blunder. Bedanya, siswa masih belajar, sementara pejabat mestinya sudah terampil.
Dari pengalaman itu, saya menyadari bahwa presentasi di kelas bukan sekadar tugas rutin, melainkan panggung mini public speaking.
Presentasi di Kelas: Panggung Mini yang Sering Diremehkan
Bagi banyak siswa, maju ke depan kelas adalah pengalaman menegangkan. Suara bergetar, telapak tangan dingin, dan kepala terasa kosong. Saya sering menyaksikan momen ini di awal tahun ajaran. Namun, setelah berkali-kali mencoba, perubahan nyata terlihat. Mereka mulai berani menatap audiens, mengatur tempo, bahkan menambahkan ekspresi untuk memperkuat pesan.
Di kelas Bahasa Indonesia, saya membiasakan siswa saling memberi umpan balik. Seusai presentasi, teman-temannya menuliskan komentar singkat: ada yang memberi pujian atas keberanian, ada yang mengkritik isi, ada pula yang menyarankan intonasi lebih tegas. Proses sederhana ini membuat suasana kelas hidup. Mereka belajar bukan hanya dari guru, tetapi juga dari perspektif teman sebaya.
Saya teringat seorang siswa pemalu yang awalnya selalu menunduk saat bicara. Suaranya pelan, nyaris tak terdengar. Setelah menerima komentar seperti "Coba lebih lantang" atau "Tatap audiens lebih lama," ia mulai memperbaiki diri sedikit demi sedikit. Dukungan berupa catatan positif pun menumbuhkan percaya diri:Â "Materi kamu jelas, lanjutkan." Kini ia berani tampil di forum sekolah, bahkan memimpin diskusi kelas. Transformasi itu tidak terjadi dalam semalam, melainkan lewat latihan konsisten, kritik membangun, dan keberanian mencoba lagi.
Sayangnya, presentasi sering dianggap sepele. Padahal, inilah bentuk micro-public speaking yang melatih siswa sejak dini: bukan sekadar bicara, tetapi juga membangun kepercayaan diri, mengolah bahasa, dan belajar menguasai audiens.
Penelitian yang Menguatkan
Apa yang saya lihat di kelas ternyata sejalan dengan temuan akademik. Sebuah penelitian di Teaching and Teacher Education (2020) menyebut bahwa presentasi rutin mampu meningkatkan rasa percaya diri sekaligus keterampilan berpikir kritis siswa.
Ini menegaskan bahwa kelas sesungguhnya adalah laboratorium komunikasi publik. Jika dikelola dengan baik, ia bukan hanya melatih kecerdasan akademik, tetapi juga membentuk generasi yang mampu menyampaikan gagasan dengan jelas, terstruktur, dan meyakinkan.
Dari Siswa ke Pejabat: Pola yang Mirip
Fenomena gugup siswa di depan kelas ternyata mirip dengan pejabat yang keliru berbicara di podium. Bedanya jelas: siswa memang masih berlatih, sedangkan pejabat seharusnya sudah matang. Siswa salah karena minim pengalaman, pejabat salah karena jarang berlatih, Â terlalu bergantung pada teks atau bahkan kurang memahami substansi yang ia sampaikan.