Hidup yang Berbalik Sekejap
Di pangkuannya, suaminya menghembuskan napas terakhir setelah kecelakaan. Sejak hari itu, kakakku resmi memikul peran ganda: ibu sekaligus ayah bagi tiga anak perempuannya. Hidup yang semula terasa aman mendadak berubah jadi perjalanan penuh luka, air mata, sekaligus keberanian.
Sebelum menikah, kakakku pernah bekerja. Namun setelah membina rumah tangga, ia memilih fokus menjadi ibu rumah tangga.
Semua kebutuhan keluarga ditopang penuh oleh suami. Ia tak pernah menduga harus kembali menata hidup dari nol setelah kehilangan itu.
Kini, ia membesarkan tiga anak seorang diri. Anak pertama sudah bekerja, anak kedua kuliah, dan anak ketiga baru kelas satu SD.
Masing-masing berada di fase berbeda, sama-sama membutuhkan perhatian. Ia mendampingi remaja yang mulai mandiri, mahasiswa yang menuntut ilmu, dan anak kecil yang haus kasih sayang.
Senyum Anak, Alasan untuk Bangkit Lagi
Awalnya, semua terasa sangat berat. Kakakku sering termenung lama, seolah tidak percaya semua benar-benar terjadi. Ia merasa tidak sanggup menanggung semua sendirian. Shock yang begitu dalam membuatnya sempat jatuh.
Namun di balik keterpurukan itu, ada cahaya kecil. Senyum anak-anaknya menjadi alasan untuk bangkit. Senyum sederhana itu mampu menghapus rasa ingin menyerah. Dalam kelelahan, selalu ada pengingat bahwa ia tidak boleh berhenti.
Beban Ganda: Nafkah, Kasih Sayang, dan Pandangan Miring
Penghasilan keluarga kini bertumpu pada anak pertama yang sudah bekerja. Namun kebutuhan tetap besar: kuliah anak kedua, sekolah anak bungsu, dan biaya hidup sehari-hari.
Kakakku belajar mengatur setiap rupiah dengan cermat, bahkan mencari peluang tambahan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
Tetapi perjuangan seorang orangtua tunggal tidak hanya soal ekonomi. Beban psikologis dan sosial sering kali jauh lebih berat.