Semoga badai itu tidak akan terjadi di saat kita semua baru saja merayakan peringatan kemerdekaan RI ke 80. Kalau memang harus prihatin, harus dimulai dari pejabat - berikanlah teladan gaya hidup sederhana, jauh dari hedonisme. Sopanlah bekata kepada sesama, jauh dari caci maki dan arogansi.
Setelah cukup lelah merayakan kemerdekaan, semoga kita tak dibebani lagi oleh hal-hal yang terkait dengan kenaikan pajak yang melelahkan. Pejabat harus berbela rasa ikut prihatin pada saat rakyat prihatin. Saya percaya kalau tidak benar-benar tertekan masyarakat tidak akan bergolak. Terutama masyarakat Jawa Tengah yang terkenal dengan budaya nrimo, biasanya enggan untuk reaktif, kecuali kalau mereka benar-benar merasa tertekan. Mari berbela rasa, terutama terhadap rakyat kecil, bukan hanya membela tuan besar yang memberi kekuasaan.
Saya menjadi was-was karena pemantiknya sama, yaitu kenaikan pajak di berbagai bentuk di berbagai daerah. Kalau kebijakan dan pengelolaan pajak pusat tidak dibenahi, maka bukan hal yang mustahil bara perlawaanan masyarakat Pati bisa menjalar ke seluruh negeri. Meskipun ada perasaan was-was, sebagai sesama orang Semarang perkenankanlah saya setelah peringatan kemerdekaan Indonesia ini, mempersembahkan lagu istimewa untuk Menteri Keuangan, Sri Mulyani “Ndang Baliyo, Sri..”- Kembalilah sebelum terlambat, Sri. Kembalilah pada kebijakan pajak yang berkeadilan sebelum riak-riak kecil di Kabupaten Pati ini menjadi gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun yang mengabaikannya.
Saya percaya Sri Mulyani dengan pengalaman dan kecerdasannya bisa menormalkan kembali kebijakan pajak di tingkat daerah. Merdeka untuk seluruh rakyat Indonesia, jangan pernah frustasi untuk memperjuangkan kemerdekaan kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI