Mohon tunggu...
Selviana
Selviana Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa

Be yourself ✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyebaran Informasi yang Dapat Menyebabkan Berbagai Penyakit

9 Juli 2021   09:28 Diperbarui: 9 Juli 2021   09:42 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Selviana

Npm : 1820600014

Nature medicine

Penyebaran misinformasi tidaklah tentang baru, paling tidak semenjak dini pencetakan. Apalagi sebutan" kabar palsu", yang sudah menggapai ketenaran kontemporer yang lumayan besar, awal kali diciptakan pada tahun 1925 kala suatu postingan di Harpers Magazine, bertajuk" Kabar Palsu serta Publik" 70 meratapi gimana kawat kabar membiarkan data yang salah menyebar dengan kilat( McKernon, 71 1925). Perkembangan Internet, bagaimanapun, sudah mengawali pergantian mendasar. Pada tahun 2013, Forum Ekonomi Dunia ke- 72 memperingatkan kalau kemampuan" kebakaran hutan digital" bisa menimbulkan" penyebaran virus" 73 dari data yang menyesatkan secara terencana ataupun tidak terencana( World Economic Forum, 2013). Di arena kesehatan, banyak atensi terfokus pada penyebaran data yang salah tentang imunisasi, 75 dengan media sosial berperan selaku katalis kokoh buat gerakan anti- vaxxer. Prevalensi serta kegigihan data yang salah tersebut membetulkan tinjauan yang teliti serta sistematis dari literatur yang diterbitkan tentang watak serta mekanisme penyebaran data yang salah.

Literatur dini penyebaran rumor( cerita ataupun laporan kebenaran tentu ataupun ragu- ragu tersebar) 128 mengenali" hukum dasar rumor"- jumlah rumor yang tersebar hendak bermacam- macam dengan 129 berartinya tunduk pada orang yang bersangkutan ambiguitas fakta 130 yang berkaitan dengan topik yang bersangkutan( Allport serta Postman, 1947). Ikatan antara ukuran psikologis serta budaya memunculkan persoalan menarik tentang apa yang membuat data yang salah begitu gampang menyebar serta begitu susah buat dibantah.

Banyak riset sudah menganalisis kredibilitas 144 konten yang terbuat pengguna serta proses kognitif yang ikut serta dalam keputusan buat menyebarkan 145 data online tentang kejadian sosial serta politik( Abbasi serta Liu, 2012; Castillo et angkatan laut(AL)., 2011; Lupia, 146 2013; Swire et angkatan laut(AL)., 2017). Riset ini menyoroti berartinya kredibilitas sumber serta persuasif selaku aspek yang pengaruhi kerentanan pengguna terhadap pesan yang di informasikan. 148 riset relevan yang lain sudah berfokus pada konsep berarti semacam mispersepsi serta bias konfirmasi, 149 di mana pemikiran orang tentang hal- hal faktual sangat dipengaruhi oleh kepercayaan tadinya( Taber serta 150 Lodge, 2006; Nyhan serta Reifler, 2010; Jerit serta Barabas, 2012); polarisasi dalam jaringan 151( Lewandowsky et angkatan laut(AL)., 2012); serta dampak gabungan dari fenomena ini yang difasilitasi oleh media sosial( Del Vicario, 2016; Boutyline serta Willer, 2017; Shao et angkatan laut(AL)., 2018). Sedangkan sebagian besar dari 153 literatur yang terdapat sudah mempelajari permasalahan sosial serta politik, kami fokus pada data yang salah terpaut dengan kesehatan serta kesejahteraan.

Literatur tentang penyebaran data yang salah tumbuh, namun mencakup disiplin ilmu yang berbeda, tercantum riset komunikasi, epidemiologi, psikologi, serta ilmu komputasi. Kami berkomentar kalau saat ini butuh buat mengintegrasikan perspektif serta metodologi yang berbeda, buat menguasai ciri populasi yang rentan serta buat merancang intervensi yang sangat efisien dalam melawan penyebaran ini.

Buat menanggulangi kesenjangan ini serta membagikan pemikiran yang komprehensif tentang fakta yang ada, kami melaksanakan apa yang sepengetahuan kami tinjauan sistematis awal dari riset yang menyelidiki konten kesalahan data terpaut kesehatan di media sosial serta gimana penyebarannya secara online. Kami menyertakan harian yang berasal dari bermacam disiplin ilmu serta kami menganalisisnya pada ukuran yang berbeda.

Awal, kami mengenali topik utama terpaut kesehatan di mana misinformasi cenderung menyebar serta fitur deskriptif misinformasi. Dengan berfokus pada konten serta penyebaran data yang salah terpaut kesehatan, kami mengatakan lanskap luas permasalahan yang menarik para aktor buat menunjang klaim yang menyesatkan. Penemuan menarangkan sepanjang mana topik yang berbeda diidentifikasi serta diselidiki dalam literatur.

Penulis merekomendasikan asumsi yang komprehensif, terstruktur, serta gampang dipahami terhadap pesan anti vaksinasi( Betsch serta Sachse, 2012; Kata, 2012; Reyna, 2012; Nicholson serta Leask, 297 2012). Walaupun penolakan vaksinasi serta gerakan menentang vaksin telah terdapat semenjak Jenner 298, publikasi riset palsu yang menghubungkan vaksin MMR dengan autisme serta penyakit usus( Wakefield, 1998) merupakan momen yang berarti. Kekhawatiran yang timbul setelah itu, walaupun telah lama didiskreditkan, sudah tersebar luas di media sosial serta apalagi saat ini sangat mempengaruhi di antara sebagian kelompok. Misalnya, Basch et angkatan laut(AL).,( 2017), Donzelli et angkatan laut(AL).,( 2018) serta Porat et angkatan laut(AL)., 302( 2018) memberi tahu prevalensi online yang besar serta popularitas dialog terpaut autisme dalam forum tentang vaksinasi. Tustin dkk.( 2018) serta Xu serta Guo( 2018) pula memberi tahu misinformasi yang tersebar luas tentang dampak samping, dan ketidakpercayaan pada pemerintah ataupun industri farmasi dalam dialog tentang vaksinasi. Riset Krishna( 2017) tentang penyebar aktif dari pesan ini menciptakan kalau mereka yang kurang pengetahuan serta menolak vaksin menampilkan tingkatan kegiatan yang lebih besar daripada mereka yang tidak. Aquino dkk.( 2017) memberi tahu korelasi terbalik yang signifikan antara cakupan vaksinasi MMR serta pencarian online serta kegiatan jejaring sosial pada" autisme serta vaksin MMR". Secara totalitas, riset mengenali anti- vaxxer serta anggota komunitas online yang menunjang teori konspirasi selaku sumber ataupun penyebar data yang salah, dengan dialog yang cenderung berkisar pada alasan retoris serta individu yang merangsang emosi negatif( khawatir, marah, pilu). Walaupun data yang salah kurang dari data yang akurat, yang awal mempunyai popularitas yang lebih besar di golongan penonton. (Wang, 2020)

Tekanan mental perinatal, ialah terbentuknya kendala tekanan mental sepanjang kehamilan ataupun sehabis melahirkan, pengaruhi sebanyak 1 dari 7 perempuan serta ialah salah satu komplikasi yang sangat universal dari kehamilan serta periode postpartum. Sudah dikenal dengan baik kalau tekanan mental perinatal bisa menyebabkan dampak jangka pendek serta jangka panjang yang merugikan pada perempuan serta anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun