Mohon tunggu...
Pendidikan

Melihat dari Kacamata Positif Pemanfaatan Totipotensi

30 Agustus 2018   05:09 Diperbarui: 30 Agustus 2018   05:32 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dan yang terakhir adalah Kultur Enter. Jika serbuk sari bisa digunakan dalam Kultur Polen, begitu juga kepala sari tumbuhan dapat menjadi eksplan dalam pelaksanaan Kultur Enter.

Setiap hal memiliki 2 sisi, walaupun banyak manfaat dan kelebihan dari Kultur jaringan, tentu kultur jaringan juga memiliki kelemahan. Jika menganalisis kembali kutipan cerita pencurian diatas, ternyata, kultur jaringan membutuhkan keahlian tertentu dalam pelaksanaannya. Ini disebabkan karena pelaksanaan kultur jaringan harus dilakukan di dalam laboratorium dan menggunakan bahan kimia.

Kita dapat menarik pernyataan lagi bahwa memang kultur jaringan adalah metode yang membutuhkan biaya besar. Itu juga dikarenakan hasil tanaman kultur jaringan harus diterapkan dalam lingkungan sebenarnya.

Setelah mengetahui penjelasan mengenai kultur jaringan di atas, kita bisa mengambil sebuah pernyataan baru. Negara-negara maju yang 'mengambil' pohon kita melakukan 'pencurian yang baik' dengan memanfaatkan kultur jaringan sebagai metode pengembangannya. Tetapi pertanyaannya sekarang, apakah itu merupakan hal yang baik? Apakah perbuatan mencuri mereka memberi dampak positif pada orang lain? Atau malah merugikan? Simak pembahasan penulis berikut ini!

Betapa hebat dan kreatif negara-negara maju seperti Jepang, memiliki inisiatif untuk mengembangkan individu baru melalui kultur jaringan. Perilaku mereka mencerminkan kepedulian mereka terhadap kelestarian bumi. Mari kita melihatnya dari sisi positif. Jepang merupakan negara subtropis. Mereka beriklim sedang, sangat berlawanan dengan kondisi geografis Indonesia. Faktor ini menyebabkan Jepang memiliki kekayaan yang terbatas pada kondisi alamnya.

Tidak semua tanaman dapat tumbuh dengan baik dan subur disana. Tidak juga seperti Indonesia yang punya hutan luas. Keterbatasan ini seolah tidak mendukung mereka untuk bisa berkontribusi dalam melestarikan bumi. Oleh karena itu mengambil eksplan pohon Indonesia dan menjadi salah satu jalannya.

Nah, bagaimana dengan pihak si pemilik pohon yaitu Indonesia? Kita tidak mendapat kerugian, bukan? Justru kita terbantu dengan perbuatan baik negara-negara maju memanfaatkan teknologi untuk melestarikan kehidupan. Indonesia memang masih tertinggal di bidang teknologi. Sebagai negara berkembang, tingkat efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan teknologi di Indonesia masih sangat kurang.

Teknologi yang berkembang kurang disadari sebagai sarana mengembangkan potensi yang ada di sekitar kita. Di sisi lain, melimpahnya sumber daya alam di Indonesia menjadi poin positif. Tetapi, kita semua tau, sumber daya yang kaya tidak akan menjadi baik dan berguna apabila tidak dikelola dengan baik dan bijaksana.

Ya, itulah yang terjadi di negara kita. Banyak sumber daya yang kita miliki dan banyak juga yang tidak terkelola dengan baik. Untuk itu, mereka sebagai negara yang maju, memanfaatkan keunggulan mereka untuk mengembangkan potensi negara lain.

Di sisi lain, mereka para pelopor kultur jaringan juga memiliki sisi negatif. Setiap sumber daya alam milik negara pastinya dilindungi dan dijamin pengelolaannya. Seperti di Indonesia, hutan kita dilindungi oleh UU Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. Dalam hal ini yang merupakan perambahan hutan tanpa izin, berarti melanggar pasal 50 ayat 3b dimana tertulis bahwa : Setiap orang dilarang merambah kawasan hutan.

Tetapi, bukan hanya sumber daya alam saja, jika ada kasus seperti ini berarti termasuk pencurian sel genetik. Mereka hanya mengambil eksplan yang kecil dan sederhana, mereka tidak mengambil 1 gelondong pohon dan 'membawanya'. Dan dari eksplan yang sederhana itu mereka dapat mengembangkan banyak sekali individu yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun